Suradianto suami Esih mengaku pernah bekerja sebagai honorer di Mabes TNI AD di Jalan Medan Merdeka Utara pada tahun 1961. Saat itu dia menjadi juru ketik pembantu asisten 1, sayangnya dia lupa nama pimpinannya.
Baca juga: Cerita Esih Hidupi 4 Anak dan Suami Renta di Rumah Mirip Benteng
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kondisi seperti itulah yang membuat Esih akhirnya bekerja membanting tulang, Esih mengaku tidak kebingungan masalah pendidikan anak-anaknya karena terdaftar dalam Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Esih enggan mengeluh dengan kondisinya, yang dia tahu adalah bagaimana mencari rejeki setiap hari. Semua hal dia kerjakan, menyabit rumput, mencuci pakaian tetangga, memanggul gabah sampai memijat.
"Saya juga terdaftar PKH, jadi ada saja begitu juga untuk pendidikan meskipun masih ada beberapa hal yang enggak di jamin itu saya usahain beli sendiri," ujar Esih.
![]() |
Esih mengaku akan terus berjuang demi anak-anaknya agar bisa sekolah tinggi, jika perlu dan tenaganya masih kuat anak-anaknya itu harus kuliah. "Kehidupan mereka harus lebih baik daripada kami, mereka harus sekolah," pungkasnya.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini