Satu minggu sekali, Anang sering berkunjung untuk sekedar membawakan makanan kesukaan Ridwan (13) bocah penyandang disabilitas asal Kampung Cimenteng, Desa Padaasih, Kecamatan Ciaaat. Setiap kali Anang datang, Ridwan selalu menyambut dengan senyuman.
![]() |
"Pak Anang kalau ke rumah selalu tanya dulu Dede ada enggak, begitu mendengar suara Pak Anang dia langsung jingkrak-jingkrak tertawa. Anak saya ini memang enggak bisa bicara, enggak bisa jalan juga kalau tidak di kursi roda dia seharian di kamar," kata Idah didampingi Usman (50) suaminya menceritakan kedekatan putra bungsunya dengan Bripka Anang, di kediamannya, Sabtu (20/1/2018).
Idah mengaku terkesan dengan perhatian anggota Bhabinkantibmas itu, Idah bahkan sudah menganggap Anang seperti saudaranya sendiri. "Sudah kayak saudara karena kebaikan dia memang membuat kondisi kesehatan anak saya juga membaik, dia selalu semangatin anak saya," lirih Idah, tangannya bergerak spontan menyeka air mata yang menggenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhirnya saya beranikan diri untuk minta bantuan polisi, eh Pak Anang ini malah datang sendiri ke rumah sama pak mandor dan pak RW. Enggak sampai seminggu kursi rodanya datang," lanjutnya.
Idah bercerita jika putranya itu saat usianya masih beberapa bulan terserang panas, beberapa kali dia dan suaminya membawa Ridwan untuk berobat. Namun kondisi Ridwan tidak membaik, sampai sekitar usia satu tahun kondisi fisik Ridwan berubah.
"Kakinya menyilang, tangannya mengepal mungkin ada sakit yang dia rasakan sampai sekarang kondisinya seperti itu. Pernah juga diurut tapi ya enggak ada perubahan, saya juga pernah ke dokter tapi saya kecewa kata dokter ini bawaan dari orok. Padahal dulu anak saya normal sebelum terserang sakit panas," tuturnya.
Usman suami Idah bekerja serabutan, selain kuli bangunan Usman juga sering menjadi supir tembak. Itupun ketika ada yang manggil, ketika panggilan sepi Usman hanya bisa bermain bersama Ridwan.
"Anak saya Andi (32) yang sulung sudah berkeluarga, jadi tiap hari kalau enggak bekerja cuma ngasuh si bungsu (Ridwan). Hati saya bersikeras dan percaya Ridwan suatu saat akan kembali seperti anak-anak lainnya, cuma biaya untuk berobat dari mana?" ucap Usman.
Usman mengaku tidak memiliki kartu BPJS, dengan penghasilan seadanya dia bingung harus membayar biaya per bulannya.
"Saya enggak didaftarin sama pihak desa untik kartu KIS, mungkin karena melihat kondisi rumah yang permanen, dulu saya memang bekerja di leasing jual beli mobil. Karena berhenti, akhirnya serabutan. Untuk saat ini jangankan untuk bayar BPJS untuk kebutuhan sehari-hari saja susah," keluhnya.
Keluarga Berharap Ridwan bisa berjalan kembali seperti anak-anak seusianya. "Saya hanya ingin anak saya normal bermain seperti anak-anak seusianya, meskipun saat ini kondisi dia hanya bisa tiduran di kamar saya sebagai ibunya masih merasa dia pasti bisa sembuh," kata Idah.
Idah mengaku mendapat secercah semangat dari ahli pijat tulang, ahli pijat itu mengungkap jika anaknya masih bisa berjalan normal apabila diberi pemijatan rutin.
"Kalau ada rezeki saya inginnya anak ini di rontgen dulu di rumah sakit, posisi kakinya kan saat ini menyilang dan susah diluruskan. Kaki kirinya menyilang ke kaki kanan, kalau saya lurus-lurusin dia seperti kesakitan," tuturnya lagi.
Seperti diberitakan, mimpi keluarga untuk memiliki kursi roda diwujudkan Bripka Anang Utoyo anggota Bhabinkantibmas Polsek Cisaat. Anang menyurati Kementrian Sosial (Kemensos) mewujudkan mimpi Ridwan untuk bisa memiliki kursi roda. Kisah ini bermula saat Anang ditugaskan di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jabar pada September 2016 lalu. (avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini