Sindiran tersebut sebagai gambaran banyaknya lalat di Kampung Pangkalan akibat keberadaan kandang ayam yang berdiri setahun lalu. Sebenarnya aktivitas di area peternakan ayam itu sekarang sudah ditutup.
"Kami saklek, tidak ada kandang ayam berdiri di wilayah kami. Selain berbahaya untuk kesehatan, kami juga gerah dengan sindiran dari kampung lain yang menyebut 'nagara laleur' (negara lalat) ke warga sini," kata Iwan (29) kepada detikcom saat menggelar aksi penolakan bersama sejumlah warga di Kampung Pangkalan, Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (18/1/2018) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalat itu setiap hari berdatangan, pagi dan sore. Tidak hanya dirasakan oleh warga kampung sini, tapi juga kampung lainnya. Makanya muncul sebutan itu (negara lalat). Akhirnya keberadaan kandang ayam itu pindah setelah ditolak warga, eh sekarang ada lagi yang mau bikin peternakan lagi," tutur Iwan.
Lalu warga mengultimatum pihak pengelola peternakan. Intinya hari ini kita menolak, sudah kita komunikasikan katanya siang ini mereka mau ngangkat semua ayamnya dari kandang. Ini punya Pak Ali, pegawai Dinas Peternakan (Kabupaten Sukabumi)," kata Iwan.
Kepala Desa Padaasih Aung Ruhyandi bersama anggota Polsek Cisaat Resor Sukabumi Kota datang ke lokasi aksi untuk meredam aksi warga Kampung Pangkalan. (bbn/bbn)