Kepala Sekolah MTS Nurussalam Soleh Suparyo mengatakan sekolahnya rusak karena tidak ada biaya untuk merenovasinya.
"Belum ada dana untuk biaya perbaikan, proposal sudah dibuat dua kali tapi tidak ada yang tembus," kata Soleh, saat ditemui di sekolahnya di Kampung Puncak Mulya 01/07, Desa Sukamulya, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soleh mengungkapkan, MTS Nurussalam sudah berdiri sejak Tahun 2004/2005 lalu dan menumpang di SDN Puncakmulya, lalu pada tahun 2007 Ketua Yayasan Cece Sukmara membeli lahan yang letaknya 100 meter dari SDN Puncakmulya.
"Tahun 2010 rusak, di renovasi sudah dua kali tapi rusak lagi. Diperbaiki pihak yayasan tidak ada bantuan," ungkapnya Soleh.
Soleh mengatakan, kerusakan ruang semi permanen, beratap asbes dan memiliki dinding fiber berukuran 5Γ8 meter ini karena kerap digunakan tempat bersandar para siswa. "Sekali bersandar jebol, namanya juga terbuat dari GRC (fiber)," tutur Soleh.
Ia menambahkan, mulanya MTS Nurussalam memiliki dua unit kelas, karena jumlah siswa yang bersekolah setiap tahunnya bisa mencapai 125 orang dari kelas VII, VIII sampai IX, pihak yayasan membangun satu unit kelas lagi.
"Sebelumnya pas masih dua kelas, ada yang bagian siang. Kelas VII dan VIII pagi, kelas IX siang. Sejak ada tiga kelas jadi bagian pagi semuanya," tambahnya.
Menurutnya, MTS Nurussalam merupakan sekolah SMP satu-satunya yang ada di Desa Sukamulya, tidak hanya warga Desa Sukamulya, warga desa lain. Tidak hanya itu, karena sekolah itu berada di perbatasan Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, tak jarang warga Bandung Barat bersekolah di MTS tersebut.
"Ada juga siswa dari Desa Kidangpananjung (Kecamatan Cililin) Bandung Barat," ujarnyanya.
Meski letak MTS Nurussalam berada di puncak gunung, namun jarak antara Pemkab Bandung dan sekolah tersebut hanya berjarak sekitar 10 kilo meter.
"Letaknya jauh-jauh, ya kalau sekolah SMA atau SMK deket-deket Soreang paling, banyak sekolah lainnya juga," pungkasnya. (avi/avi)