Siapa sangka, ia dapat bersekolah hasil dari pohon yang ditanamnya sedari kecil. Kegemaran menanam pohon ditularkan oleh kakek dan neneknya saat ia duduk di SMPN 1 Garut dan belajar di pondok Pesantren Keresek, Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Di Cibatu, saya menanam pohon alpukat lima, kelapa lima dan pete 12. Ternyata hanya dengan tanam itu bisa digunakan untuk biaya sekolah dan seluruh kegiatan di sekolah bisa saya ikuti, bahkan untuk biaya kuliah saya gunakan dari penjualan kelapa dan alpukat," kata Eyang Memet mengenang kisah lampau saat dihubungi detikcom via telepon, Selasa (9/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivis lingkungan tersebut mengungkapkan gerakan menanam pohon di Kabupaten Bandung sudah dilakoninya sejak 2006. Dia turut menggulirkan aktivitas serupa di kawasan utara Kota Bandung.
"Dari mulai daerah Cidadap, Ciporeat sampai Punclut. Tugasnya, disamping memberikan contoh, semacam pendidikan lingkungan, juga memberikan spirit kepada anak-anak muda supaya mencintai lingkungan," tutur Eyang Memet.
Ia mengklaim sudah menanam ratusan ribu pohon berbagai jenis di Kabupaten Bandung. Untuk di Kota Bandung, Eyang Memet menyebut pernah menanam ratusan batang pohon.
Menurut dia, lahan penanaman pohon di kawasan Bandung Utara bukan milik warga setempat, melainkan warga luar Bandung. Sedangkan di Bandung Selatan kebanyakan tanah hutan rakyat.
"Dulu sering menanam pohon di Kota Bandung khususnya di Bandung Utara. Bahkan (lahan di) anak Sungai Cikapundung kita (bersama organisasinya) yang pelihara," ujar Eyang Memet.
Ia menjelaskan kerja sama yang dilaksanakan di Kota Bandung hanya berskala kecil. Untuk lahan skala lebih luas justru berada di Kabupaten Bandung, sebab masih banyak wilayah hutan rakyat.
Begitu masuk ke wilayah Kabupaten Bandung, Eyang memiliki komitmen yaitu setiap hari tanam 10 pohon. Semenjak 2006 hingga kini aktivitas tersebut terus berjalan, malah sudah melebihi target.
"Kalau dulu satu hari 10 pohon, satu tahun hanya 3.600 pohon. Kalau sekarang sudah 10 tahun berarti sudah mencapai 36 ribu pohon, saat ini malah jumlahnya sudah ratusan ribu (pohon)," ucapnya.
Menurut dia, ratusan ribu batang pohon yang ditanam itu hasil kerja sama dengan pemerintah dan stakeholder lainnya. Namun, ia menegaskan, dominannya dikerjakan sendiri bersama organisasinya. Sebab, Eyang Memet tidak terlalu mengharapkan bantuan dan kerja sama dengan pemerintah serta stakeholder lain.
"Bukan berarti tidak percaya, tapi kita selalu menjadi semacam mencoba mengajak mereka. Bukan kita yang malah mengikuti mereka," kata Eyang Memet.
Lebih lanjut dia menyebut guna melecut warga Kabupaten Bandung gemar menanam pohon, harus ada perubahan pola pikir sejak belajar di bangku SD, SMP dan SMA. "Anak muda zaman sekarang belum banyak yang gemar menanam pohon. Gerakan menanam harus dimasukkan ke dalam kurikulum dan ekstrakurikuler," ucapnya.
"Seperti yang saya lakukan dalam beberapa waktu terakhir, banyak yang berlatih di tempat saya, tapi anak-anak di luar Kabupaten Bandung," ujar Eyang Memet menambahkan.
Melihat hal tersebut, ia kini membangun kerja sama dengan komunitas pencinta alam lingkungan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. Tujuannya untuk mengajak anak usia dini dan remaja atau mulai tingkat PAUD hingga SMA gemar menanam pohon.
"Kami mengajak kecil menanam, dewasa memanen itu akan kita wujudkan jika ditularkan kepada pelajar SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Saya yakin ketika orang sudah berpikiran tentang manfaatnya, masalahnya Citarum, baik hulu atau hilir akan segera terselesaikan," tutur Eyang Memet. (bbn/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini