Cangkul, golok, pisau dan celurit pun pembuatan nya sama seperti itu. Biasanya untuk mengerjakan sebuah linggis dilakukan oleh dua orang pekerja dengan waktu selama satu sampai dua jam.
Untuk menyelesaikan linggis itu, seorang bertugas memegang besi yang di panaskan ke sebuah tungku. Sementara seorang lainnya bertugas untuk tetap menyalakan api dengan menggerakkan dua batang besi yang ujungnya di tambah busa, di naik turunkan agar keluar angin dan api tetap menyala.
"Saya menjadi perajin pandai besi sudah sejak Tahun 1930 lalu," kata Mbah Enen (82) salah satu perajin pandai besi di Kecamatan Majalaya kepada detikcom, Rabu (3/2/2017).
Mbah Enen, merupakan salah satu perajin pandai besi yang masih bertahan di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Bertahan di tengah gempuran produk industri modern.
"Meneruskan warisan leluhur, saat ini yang masih bertahan sebagai perajin pandai besi hanya saya, itu juga sekarang di teruskan oleh anak karena saya sudah tua. Kalau dulu di Majalaya banyak perajin pandai besinya," ungkapnya.
Setiap harinya Enen dibantu oleh anaknya Dodo (40), di sebuah bangunan berdinding bilik sederhana yang selama ini dijadikan sebagai bengkel kerja, Mbah Enen mengerjakan pesanan pembeli yang sehari sebelumnya tertunda.
"Pesanan sekarang sudah kurang, tapi suka ada yang bikin, buat kunci, cangkul, linggis dan lainnya," ujar Mbah Enen.
Ia menambahkan, pesanan perkakas di bengkel pandai besinya itu mulai berkurang karena gempuran industri pabrikan. "Sekarang sudah banyak produk pabrikan, lebih murah daripada pesan di pandai besi, meski begitu, kualitas perkakas buatan pabrik dan pandai besi sangatlah jauh berbeda," tambahnya.
Tepat Pukul 13.00 WIB ia beristirahat. Panasnya terik matahari siang ini, tak menyurutkan semangat Mbah Enen dan Dodo untuk kembali melanjutkan pekerjaannya dan tungku api sederhana di bengkelnya itu kembali dinyalakan. Meski umurnya sudah tidak muda lagi, pria kelahiran asli Majalaya itu tetap bekerja dengan penuh tenaga.
Tidak hanya menerima pesanan perkakas saja, Mbah Enen juga bisa mereparasi perkakas yang rusak atau patah milik para pelanggannya. Harga untuk mereparasi atau dikenal dengan sebutan tambah daging (tambah baja) berkisar Rp 20-50 ribu, tergantung barang apa saja yang akan dipesan.
"Linggis ini saya jual Rp 50 ribu, kalau barang lain tergantung bahan dan besar barangnya saja yang dipesan," ujarnya.
![]() |
Salah satu tokoh masyarakat di Majalaya, Yusuf (61) mengakui jika keberadaan perajin pandai besi di Kecamatan Majalaya sudah berkurang, bahkan kalaupun ada tidak setiap hari beroperasi.
"Sudah jarang ditemui, apalagi sekarang regenerasi nya susah. Kebanyakan anak muda jaman sekarang ingin kerjanya yang simpel-simpel aja, pasti enggak mau kerja kotor seperti ini," ujarnya.
![]() |
Yusuf berharap, keberadaan pandai besi di Majalaya, khususnya di Kabupaten Bandung jangan sampai punah di telan jaman. "Pemerintah harus berperan aktif mengenalkan pandai besi ini kepada anak-anak muda sekarang, mengenalkannya ke sekolah, ke perguruan tinggi agar semuanya tahu dan peduli. Kalau sudah peduli pasti bakal menjaga nya," pungkasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini