Sebagian masyarakat yang bermukim di kaki Gunung Guntur hingga kini masih mempercayai adanya mitos dilarang meniup suling di sekitaran area Gunung Guntur. Aas Saepudin (62) warga Kampung Bojong Masta, Kelurahan Pananjung, Tarogong Kaler menjelaskan mitos tersebut.
"Memang warga sini masih percaya teu kenging (tidak boleh) niup suling di Gunung Guntur. Pamali," ungkap Aas kepada detikcom di rumahnya, Rabu (3/1/18).
![]() |
Berdasarkan cerita yang dikisahkan orang tuanya dulu, sambung Aas, kerap hadir mahluk menyerupai macan jika seseorang meniup suling di kawasan gunung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun hingga saat ini hal tersebut tidak terbukti. Ening Maidah (65) warga kampung yang sama mengatakan mitos tersebut lebih didasari oleh ketakutan warga setempat saat terjadinya pemberontakan DI/TII.
"Gak boleh niup suling itu artinya gak boleh ribut. Dulu kan masih ada DI/TII di sekitaran sini. Seingat emak, ABRI itu menyuruh diam ke warga saat menangkap anggotanya DI/TII. Biar gak pada kabur," ungkap Ening di tempat yang sama, hari ini.
Ening menjelaskan sekitaran Gunung Guntur dulunya dipakai sebagai tempat persembunyian pasukan DI/TII. "Kalau tidak salah, waktu itu Pak Karto (Kartosoewirjo) ditangkapnya kan di sekitaran sini. Di Gunung Geber (berdampingan dengan Gunung Guntur)," pungkasnya. (avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini