Kabid Pendaftaran Penduduk Suyatno mengatakan antrean helm, sandal, jas hujan, dan lainnya itu merupakan inisiatif dari masyarakat yang mengantre pelayanan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP). Sebelumnya, lanjut Suyatno masyarakat selalu berebut antrean dan main serobot.
Baca Juga: Miris! Helm Hingga Sandal Ikut Antre Demi Sekeping e-KTP di Cirebon
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suyatno mengatakan setiap harinya Disdukcapil Kabupaten Cirebon membagikan nomor antrean sebanyak 250 nomor untuk pemohon E-KTP. Jumlah tersebut disesuaikan dengan kamampuan jaringan dan mesin cetak yang ada di Disdukcapil.
"Kita punya empat mesin cetak, kalau dipaksakan malah tidak tertib. Makanya kami hanya membagi 250 nomor antrean," ucapnya.
Saat ditanya mengenai banyaknya masyarakat yang ditolak untuk mendapatkan pelayanan pencetakan lantaran belum terkomputerisasi, Suyatno mengatakan hal tersebut merupakan kewenangan pihak kecamatan. Kordinasi antara dinas dan kecamatan, sambungnya perlu dilakukan agar masyarakat tak bolak-balik untuk mengantri.
"Yang mendapatkan antrean itu, yang siap cetak. Memang kadang ada yang salah paham, di kecamatan kan ada operatornya. Kalau surat keterangan (suket) sudah enam bulan lebih dan terkomputerisasi itu tandanya bisa langsung cetak," katanya.
Sekedar diketahui, antrean helm, sandal, jas hujan, batu bata, dan botol minuman itu dimulai sekitar pukul 02.00 WIB. Antrean tersebut bertujuan untuk mendapatkan nomor antrian pelayanan pencetakan KTP-el.
Abidzar Al Ghifari (17) warga Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon mengaku datang sejak pukul 02.00 WIB. Namun, Abidzar sempat kembali pulang ke rumahnya lantaran pintu gerbang kantor Disdukcapil Kabupaten Cirebon masih tutup.
"Saya pulang lagi ke rumah. Terus datang lagi ke sini ikut ngantre sekitar pukul 03.00 WIB. Saya dapat antrean nomor enam," kata Abidzar kepada detikcom, Rabu (20/12/2017).
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini