Sisa-sisa gubuk bekas produksi petasan masih menghiasi Kampung Lemburhuma di Desa Bojongsawah, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. "Kampung ini memang sudah turun temurun menjadi perajin petasan, hampir lima puluh persen warga membuat petasan," kata Andi Priatna, ketua RW 12, saat ditemui detikcom, Selasa (19/12/2017).
"Warga sendiri saat ini gerah akibat stigma itu (kampung petasan) karena masa sekarang petasan itu identik dengan ledakan dan berbahaya," ucapnya menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Intinya kesadaran warga yang memang sudah enggan berurusan dengan kepolisian, karena saat ini sudah ada aturannya. Selain itu bahan-bahan (pembuat) petasan sudah sulit didapat. Akhirnya warga memilih memanfaatkan bekas gubuk ini untuk ternak ayam dan bebek," tutur Andi.
Andi enggan mengungkap keuntungan warga dari hasil membuat petasan. Dia menegaskan bahwa warga tengah menapaki langkah anyar. Para perajin berhenti total memproduksi petasan sejak April 2017.
"Kalau dari keluarga saya orang tua termasuk saya sendiri memang bukan pembuat petasan, jadi kurang paham. Tapi seperti dilihat hari ini tidak ada lagi gubuk pinggir sawah yang disulap menjadi lokasi pembuatan petasan," kata Andi.
![]() |
Bersama puluhan anggotanya, Susatyo menempel kertas imbauan tentang larangan memproduksi, meledakkan dan menyimpan petasan. "Ini langkah preventif yang saya sebut hari sapa masyarakat. Boleh juga hari senyum, karena tidak ada razia atau langkah-langkah penindakan," ucapnya.
"Kami ingin memastikan jangan sampai ada masyarakat yang kedapatan membuat petasan, karena cukup beberapa kali kejadian dan jangan sampai terulang kembali ke depannya," tutur Susatyo.
Ia mengungkapkan persoalan kampung petasan di Sukabumi ini menjadi perhatian penting tiap pergantian pimpinan. Persoalan di lingkungan masyarakat, sambung dia, menjadi tanggung jawa jajaran di tingkat Polsek hingga Polres.
"Makanya tadi saya ajak semua Kabag, Kasat semua unsur di Polres Sukabumi Kota untuk bergerak bersama menyebar leaflet dan menyapa masyarakat secara humanis," ujar Susatyo. (bbn/bbn)