Rifqi mengatakan, waktu pencoblosan yang ditetapkan pada 27 Juni 2018 berbarengan dengan H+10 Lebaran 2018. Hal itu dikhawatirkan masih banyak warga Kota Bandung yang masih mudik ke kampung halaman.
"Kalau Pilgub masih bisa nyoblos di kampung halaman asal di Jabar. Kalau untuk Pilwalkot kan tidak bisa, tetap harus di Bandung," ujar Rifqi kepada wartawan di Taman Sejarah Kota Bandung, Selasa (12/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya tidak ada cara lain untuk menggunakan hak pilih itu. Jadi kita hanya bisa mengingatkan pada warga Kota Bandung untuk kembali sebelum waktu pencoblosan dan memakai hak pilihnya," katanya.
Rifqi mengatakan, target partisipasi masyarakat dalam Pilwalkot 2018 meningkat menjadi 70 persen dari Pilwalkot 2013 lalu yang hanya 60 persen. Sehingga untuk mencapai angka tersebut pihaknya terus menggenjot dari sisi sosialisasi.
Sosialisasi, kata Rifqi, tidak hanya dilakukan dalam bentuk konvensional seperti tahun-tahun sebelumnya. Kali ini KPU Kota Bandung melakukan sebuah inovasi menggunakan media yang kreatif untuk melakukan sosialisasi terutama bagi pemilih pemula.
"Sosialisasi tetap kita lakukan ke sekolah-sekolah. Tapi tidak cara konvensional. Kita buat lebih inovatif dan kreatif seperti pemainan-permainan dan simulasi yang menyenangkan," katanya.
Selain mendorong jumlah pemilih dari sisi warga, KPU Kota Bandung juga berharap para calon yang muncul dalam Pilwalkot Bandung 2018 nanti adalah sosok yang berkualitas agar semakin banyak warga yang ingin datang ke TPS untuk mencoblos.
"Kami juga berharap para calon tidak mendaftar di akhir-akhir. Sebab sering kali terjadi kesalahan administrasi yang bisa mengarah pada sengketa. Kami harapkan proses pencalonan semakin baik dan muncul calon yang berkualitas," tandas Rifqi. (avi/avi)











































