Petugas menemukan pangkalan menjual elpiji tiga kilogram lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) dan pangkalan yang kedapatan memiliki elpiji siap edar tapi tidak melayani konsumen. Para konsumen gagal membawa elpiji tiga kilogram itu setelah menunggu berjam-jam di pangkalan yang lokasinya di kawasan Cikiray.
Tabung 'melon' disimpan dalam kendaraan bak terbuka dengan dalih untuk dikirim ke tempat lain. Namun pengelola tak dapat menunjukkan peta lokasi tujuan distribusi elpiji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dalam sidak tersebut, Satgas Pangan Polres Tasikmalaya memergoki pangkalan di kawasan Pasar Kudang yang menjual elpiji tiga kilogram di atas HET. "Dari agennya 14.600 rupiah per tabugn, namun pangkalan jual 18 ribu rupiah. Padahal HET itu 16 ribu rupiah," ujar Pribadi.
Dia menjelaskan sidak kepada penyalur atau penjual elpiji ini guna mengantisipasi kelangkaan serta penyalahgunaan gas 'melon' di tengah masyarakat. Ia mengimbau kepada penjual elpiji di Kabupaten Tasikmalaya tidak melanggar aturan hukum.
Sempat terjadi ketegangan saat konsumen gagal mendapatkan elpiji di pangkalan tersebut. Mereka emosi terhadap pengelola pangkalan berlokasi di kawasan Cikiray ini.
"Katanya elpiji itu punya langganan. Kami enggak dikasih, padahal ada barangnya. Tadi nunggu lama, lima jam. Saya jualan goreng buat anak sekolah, kok ini dipersulit," kata salah satu konsumen, Rosmayanti.
Sementara itu, pangkalan terpaksa menjual elpiji tiga kilogram di atas HET untuk menutupi biaya oprasional. Selain sudah kesepakatan dengan konsumen, pangkalan menaikkan harga guna menghindari kerugian.
"Sekarang jadi 18 ribu rupiah harganya," kata pemilik salah satu pangkalan, Dadang.
Polisi mengamankan kendaraan pengangkut elpiji tiga kilogram dan membawa pengelola pangkalan untuk didengar keterangannya. Satgas Pangan Polres Tasikmalaya berupaya meminimalisir kelangkaan lpg tiga kilogram dengan melakukan pemantauan secara berkala. (bbn/bbn)