Gerindra sebelumnya punya peluang menempatkan kedernya dalam koalisi poros baru yang dihuni bersama Demokrat dan PAN. Namun, koalisi poros baru kandas di tengah jalan dan berganti jadi koalisi zaman now. Gerindra tak masuk dalam koalisi itu.
Ketiadaan Gerindra dalam koalisi itu membuat peluang wakil hanya ada di PKS yang sejak awal menyodorkan nama Ahmad Syaikhu. Sementara Demokrat dan PAN sudah menyatakan mendukung Deddy Mizwar tanpa syarat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai saat terakhir pengusungan di bulan Januari semua kemungkinan bisa terjadi. Waktu terakhir bisa berubah. Kalau Gerindra bergabung, persolannya pada wakil. Jadi masih terbuka untuk kompromi," kata Firman saat dihubungi via telepon, Kamis (23/11/2017).
Menurutnya lobi-lobi politik dalam sebuah koalisi tak melulu membahas soal kandidat yang diusung di satu daerah. Namun, sambung dia, masih ada kepentingan lain seperti pilkada di 16 kabupaten dan kota yang bisa diperjuangkan.
"Kompromi (koalisi) tidak selalu mendapatkan wakil. Misalnya, nanti mendapat support di kabupaten dan kota. Kalau Gerindra punya kandidat, bisa didukung atau menitipkan program yang jadi platform Gerindra bisa diperjuangkan," jelas dia
Ia menilai Gerindra lebih rasional bergabung dalam koalisi zaman now ketimbang masuk koalisi lain atau membangun koalisi baru. Sebab, sambung dia, Gerindra lebih bisa mendapatkan keuntungan dari koalisi zaman now.
"Kalau berbicara kedekatan lebih baik masuk ke koalisi zaman now. Kalau ke Emil (Ridwan Kamil) komunikasinya tidak terbangun. Kalau gabung PDIP, idealoginya beda," tutur dia. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini