"Kejadiannya jam 3 subuh. Saat itu hujan besar, ada caah (luapan air sungai), saya sampai bangun karena suaranya mengerikan," ujar Kokom binti Nieng (69), saat ditemui detik di warungnya, yang terletak dekat jembatan tersebut, Selasa (21/11/2017).
Berdasarkan pengamatan detik, jembatan itu rusak berat. Selain putus, puing - puing bambu terlihat berserakan di pinggir sungai. Sebagian puing, masih tertimbun lumpur sisa banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang enggak bisa lewat, jadi harus muter jauh. Saya aja telat sekolah," ujar Endang kepada detik.
Foto: Luthfiiana Awaluddin |
Kerusakan jembatan itu menurut Otim Suryadi, aparat desa setempat bukan hal yang aneh. Setiap tahun, saat musim hujan besar, jembatan bambu itu kerap rusak. Meski jembatan itu cukup vital, tak ada perbaikan.
"Jembatan ini cukup vital, banyak dilalui anak sekolah, buruh, petani hingga warga yang ," ujar kepala dusun III Kalentemu itu saat ditemui detik di tepi jembatan.
Menurut Otim, meski bukan aset desa, jembatan tersebut adalah jerih payah masyarakat. Secara swadaya, masyarakat membangun jembatan itu sejak 10 tahun lalu. Namun, karena material masih dari bambu, setiap musim hujan, saat sungai meluap, jembatan itu kerap rubuh.
"Sejak dibangun 10 tahun lalu, jembatan ini selalu roboh setiap sungai Ciherang meluap. Meski belum jelas kapan dimulai, kami sedang berupaya membangun ulang jembatan ini. Kami juga memasang kotak sumbangan di pinggir jalan," kata Otim.
(ern/ern)












































Foto: Luthfiiana Awaluddin