Ya, begitulah suasana tradisi Tawurji yang dilakukan oleh keluarga Keraton Kanoman Cirebon setiap hari Rabu terkahir atau Rebo Wekasan pada bulan Safar jelang Maulid Nabi Muhammad. Tradisi Tawurji merupakan tradisi saweran yang dilakukan keluarga Keraton Kanoman.
Foto: Sudirman Wamad |
Tradisi Tawurji diawali oleh saweran yang dilakukan Sultan Keraton Kanoman, Sultan Raja Muhammad Emirudin didampingi Patih Keraton Kanoman, Pangeran Raja Muhammad Qodiran. Kemudian dilanjutkan oleh keluarga lainnya yang berada di lingkungan Keraton Kanoman.
Tradisi Tawurji ini selalu ditunggu-tunggu masyarakat sekitar lingkungan Keraton Kanoman. Pangeran Kumisi Keraton Kanoman, Pangeran Muhammad Rokhim mengatakan tradisi Tawurji merupakan salah satu cara bersedekah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rokhim mengatakan, tradisi Tawurji mulai setelah Syekh Siti Jenar wafat. Rokhim menceritakan, setelah wafatnya Syekh Siti Jenar, para santri Syekh Siti Jenar tidak ada yang mengurus. Saat itu, sambung Rokhim, Sunan Gunung Jati atau Syekh Sarif Hidayatullah dan Sunan Kali Jaga mempersilakan agar para santri Syekh Siti Jenar menyambung hidup dengan mendoakan orang-orang yang mampu.
"Sebelum Syekh Siti Jenar Wafat belum ada. Yang belum haji pun didoakan oleh santri itu agar haji, Ji dalam kata Tawurji itu berarti haji. Sedangkan kata Tawur itu berarti menebar, intinya menebar berkah," katanya.
Ditempat yang sama, salah seorang warga, Rosidin mengaku senang adanya tradisi Tawurji tersebut. Bahkan, sambungnya, ia tak pernah absen sejak tradisi Tawurji mulai dibuka untuk masyarakat lingkungan Keraton Kanoman.
"Selalu ikut tradisi ini. Ramai, seru juga mas berebut uang receh dengan masyarakat lain. Utamanya saya mencari berkahnya," kata Rosidin. (avi/avi)












































Foto: Sudirman Wamad