Ialah Oliver Enrico (16), Bagja Mulyana (17) dan keempat rekannya yang membuat alat sederhana tersebut. "Cara kerja alat ini, botol yang berada di dalam tabung pipa, akan terangkat bila terendam oleh air. Botol tersebut akan menyentuh tembaga yang kemudian lampu akan menyala dan sirine bersuara," kata Oliver saat ditemui di SMAN 1 Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/11/2017).
Alat ini terbilang sederhana. Pipanya dilubangi di bagian bawah, dalam pipa itu tersimpan botol bekas, dipasangi lilitan tembaga, kabel listrik yang disambungkan ke papan terpasang lampu, dudukan saklar dan sirine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Oliver menuturkan alat ini dapat ditanam di sekitar rumah atau digantung di sungai. Namun, untuk di sungai, diperlukan penahan atau pipa yang lebih kuat guna menahan alat agar tak terbawa arus.
"Kami juga pakai rangkaian seri, agar kalau terjadi kerusakan bisa langsung ditemukan kerusakannya, biar masyarakat bisa lebih waspada," tutur Oliver.
Pembina KIR, Yulianti, mengapresiasi ide pembuatan alat pendeteksi banjir karya anak didiknya. Menurut dia, membuat alat yang berguna bagi masyarakat, merupakan program dari ekstrakurikuler tersebut.
"Alat ini memang belum tersosialisasi dengan baik, saya harap alat ini bisa diuji kelayakannya, agar manfaatnya terasa, terutama bagi masyarakat yang terdampak banjir," ujar Yulianti. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini