"Kami masih dalam tahap komunikasi dengan partai2 yang ada. Saya kira di Jabar kira perlu cermati dinamika yang berkembang," kata Sekjen Hanura Syarifuddin Sudding saat dihubungi via telepon genggam, Kamis (9/11/2017).
Menurutnya keputusan mengejutkan Golkar mendukung Ridwan Kamil ketimbang Dedi Mulyadi menjadi sorotan Hanura. Hal itu membuat Hanura harus lebih berhati-hati dalam menentukan sikap di tengah-tengah konstelasi politik yang berkembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku sejauh ini Hanura paling intens berkomunikasi dengan PDIP di Pilgub Jabar. Terlebih, sambung dia, kedua partai sempat diisukan sudah berkoalisi bersama Golkar dalam 'Koalisi Pancasila' meski akhirnya dibantah.
"Ya sementara komunikasi secara intens dengan PDIP," ungkap dia.
Dia mengatakan ada suara kader-kader di Jabar yang ingin menyandingkan Dedi Mulyadi dengan Aceng Fikri. Namun, sambung dia, paket ini bisa terwujud tergantung kesepakatan koalisi parpol yang terbentuk nanti.
"Kami tidak dalam konteks memaksakan kehendak mengusung kader, tapi kalau elektabilitas memungkinkan dan ada kesepakatan partai2 yang ini bekerjasama kenapa tidak," kata Syarifuddin
Seperti diketahui, Dedi Mulyadi kerap dikait-kaitkan dengan PDIP. Namun, tentunya PDIP akan menempatkan kadernya sebagai wakil apabila nantinya dukungan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu jatuh kepada Bupati Purwakarta itu.
Partai berlambang banteng moncong putih memiliki 20 kursi sehingga bisa mengusung calon sendiri. Sementara Hanura hanya memiliki 3 kursi, sehingga harus berkoalisi apabila ingin mengusung kadernya di Pilgub Jabar.
(avi/avi)











































