Tahun ini, Losari menggelar Festival Budaya Losari yang pertama kalinya. Festival Budaya Losari itu disambut baik oleh masyarakat Losari dan sekitarnya. Masyarakat Losari bersama panitia festival secara gotong-royong menyukseskan festival akbar yang bertujuan untuk mengangkat budaya Losari.
Panggung utamanya pun nampak sederhana, hanya panggung kecil dengan background topeng Losari besar serta tempat duduk yang terbuat dari bambu beralas jerami. Kendati sederhana, Festival Budaya Losari mendapat antusias yang tinggi dari masyarakat sekitar, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita konsep dengan sederhana, karena ini festival rakyat untuk rakyat. Kami mendapat bantuan dari Kemendikbud, namun nilainya sangat kurang. Kami dan masyarakat akhirnya swadaya untuk menyukseskan acara ini," kata Hadi saat ditemui detikcom di Sanggar Purwa Kencana, Losari, Cirebon, Sabtu (4/11/2017).
![]() |
Konsep panggung jerami sengaja dipilihnya karena memiliki nilai ekonomis. Anggaran yang dikeluarkan tak begitu besar. Selain bertujuan untuk mengangkat budaya Losari, festival tersebut menurutnya sebagai persembahan untuk dua maestro penari topeng asal Losari yang sudah wafat, yakni Mak Dewi dan Mak Sawitri.
Diceritakan Hadi keduanya sudah membuat tari Topeng Losari mendunia. "Mak Dewi meninggal tahun 1987, kemudian diteruskan Mak Sawitri. Dan, Mak Sawitri meninggal tahun 1997. Kini diteruskan generasi ke tujuhnya, cucu kandung Mak Dewi, yakni Mbak Nani. Mereka asli trah penari Topeng Losari," ucapnya.
![]() |
Dalam festival tersebut diselingi juga acara Caruban Carnaval. Kostum unik dan menarik yang identik dengan Cirebon dipamerkan. Masyarakat Losari pun antusias mengikuti karnaval tersebut. Karnaval itu dimulai dari Terminal Losari dan berakhir di Balai Desa Astana Langgar, tempat utama festival tersebut digelar.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini