Salah satu anggota tim, Nathan, menjelaskan ide pembuatan pesawat ini memang lahir setelah melihat beberapa referensi. Setelah itu, ia bersama belasan rekannya di Tim Aksantara ITB ini mengaplikasikannya.
"Pesawat semacam ini memang sudah ada, tapi referensi yang kami lihat hanya wujudnya saja, karena tidak dijelaskan spesifik pembuatannya. Akhirnya kami buat sendiri sesuai kemampuan," kata Nathan di Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (2/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pesawat tidak perlu dikeluarkan dari tabung, pesawat bisa langsung meluncur terbang dari dalam tabung yang dilontarkan menggunakan tenaga gas," tutur perancang manufakturing sayap pesawat lipat ini.
![]() |
"Konsep desain putaran sayapnya lebih ke torsion spring," ucap Nathan.
Anggota tim lainnya, Tegar Satria mengatakan, tidak hanya unik, pesawat ini dibekali Coordinated Air Relay System (CARS). Dengan begitu pesawat bisa terkoneksi satu sama lain dengan dua bahkan tiga pesawat.
"Biasanya hanya satu pesawat yang bisa terkoneksi dengan ground control system. Tapi pesawat buatan tim kami bisa menangkap data saling terkoneksi satu sama lain dengan sistem kontrolnya menggunakan Wi-Fi," tutur Tegar.
Berbagai perangkat yang disematkan membuat pesawat ini memiliki fungsi monitoring yang handal. Pesawat ini memiliki kecepatan 25 meter per detik dengan waktu terbang maksimal 30 menit.
Menurut Tegar, monitoring data bisa langsung dilakukan dari atas dengan lebih cepat dan akurat. Tak hanya itu, pesawat dapat melakukan fungsi live streaming serta diformasikan melakukan atraksi tertentu.
"Jadi apa yang nantinya pesawat kami monitor tergambar di satu laptop (ground control system) kami. Bisa juga kami kontrol dari jauh," kata mahasiswa Teknik Elektro ini.
![]() |
"Kesulitannya sih lebih pada pembuatan putaran sayapnya, agar bisa dilipat dan itu menghabiskan waktu selama 2 bulan," ujar Tegar.
Berkat rancangan saya pesawat yang dapat dilipat ini, Tim Aksantara ITB ini meraih posisi dua kategori technology development dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) di Pasuruan pada pertengahan Oktober 2017.
"Kami juga dapat penghargaan best design," kata Tegar. (bbn/bbn)