Informasi yang dihimpun detikcom, ambruknya dua ruang kelas itu terjadi sekitar pukul 02.30 WIB. Bangunan yang ambruk adalah ruang kelas 5 dan kelas 6.
"Saat kejadian kondisi lokasi hujan deras, suara atap bangunan ketika ambruk terdengar hingga jarak 800 meter lebih. Warga bahkan sempat berlarian menuju asal suara," kata Yangyang (32) warga setempat, melalui sambungan telepon kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kejadian siang bisa saja menimpa murid, karena setahu saya dari dua ruang kelas satu ruang masih digunakan pada siang harinya terlebih lokasi yang ambruk dekat dengan kantin tempat anak-anak jajan. Untung saja kejadiannya pagi dini hari," lanjutnya.
![]() |
Dihubungi terpisah, Kepsek SDN Cibereum Robbayani mengatakan ada 6 ruang yang saat ini masih berfungsi meski kondisinya juga sama-sama memprihatinkan. Dia menjelaskan pengajuan bantuan kepada pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi sudah pernah diajukan namun terganjal proses ruislag yang rencananya akan dilakukan PT SBP yang bergerak di tambang pasir besi.
"Seminggu ke belakang pihak dinas sudah datang ke tempat ini. Namun bantuan bangunan sulit direalisasikan karena adanya rencana ruislag oleh pihak tambang. Mau dibangun nanti malah digeser dengan kebijakan ruislag," kata Robbayani.
Robbayani juga menjelaskan lokasi sekolah memang berdekatan dengan pertambangan pasir besi yang hanya berjarak 500 meter ke lokasi sekolah.
"Saya berharap bangunan sekolah dipindah atau ada lokasi baru, karena sebelum-sebelumnya aktivitas pertambangan pasir besi mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa, selain debu juga bunyi-bunyian yang dikeluarkan peralatan tambang," ucapnya.
Saat ini sebagian siswa terpaksa harus berbagi kelas dengan siswa lainnya, pihak sekolah berupaya mensiasati agar tidak perlu ada penggunaan tenda darurat. "Mungkin bergantian atau disatukan, kita lihat nanti ke depannya," tutup dia. (ern/ern)