Salah seorang sopir angkutan pedesaan di wilayah Kecamatan Samarang Amas (42) membenarkan hal itu. Amas mengatakan hal tersebut sudah menjadi tradisi di wilayah tersebut.
"Memang sudah dari dulu juga seperti ini. Banyak anak-anak yang suka naik di atas (mobil)," ungkap Amas di Jalan Raya Samarang-Kamojang, Desa Sukakarya, Samarang, Garut, Rabu (25/10).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rute yang ditempuh juga tidak mulus. Tanjakan dan turunan serta tikungan yang tajam terbentang hampir di sepanjang perjalanan. Hal itu karena lokasi wilayah ini terletak di perbukitan.
Baca Juga: Duh, Bahaya! Pelajar di Garut Pergi Sekolah Naik Atap Mobil
Amas mengatakan ia pun terpaksa memperbolehkan pelajar itu naik di atap mobil agar tidak terlambat masuk sekolah.
"Ya biar enggak terlambat. Kalau kesiangan masuk sekolahnya kan kasihan," katanya.
Amas menambahkan tarif yang dipatok juga tidak berbeda. Setiap penumpang yang menaiki mobilnya dikenakan biaya Rp5 ribu.
"Enggak beda. Mau jauh atau dekat mau di atas atau di dalam sama saja goceng (lima ribu rupiah)," pungkasnya. (avi/avi)