Kegiatan ini salah satunya terjadi di wilayah Kecamatan Samarang. Setiap harinya masyarakat sudah terbiasa naik mobil angkutan pedesaan untuk beraktivitas. Tak terkecuali para pelajar.
![]() |
Setiap pagi, para pelajar yang didominasi siswa sekolah menengah pertama (SMP) ini berbondong-bondong menaiki angkutan pedesaan untuk pergi ke sekolah. Jika tidak kebagian tempat duduk, mereka justru malah nekat memanjat mobil dan duduk di bagian atap.
Beragam alasan dilontarkan para pelajar yang mayoritas laki-laki tersebut. Salah satunya Ujang Rohman (13), pelajar kelas dua di salah satu SMP di wilayah Kecamatan Samarang ini mengaku sering kali menunggangi angkutan pedesaan di bagian atap karena lebih mudah untuk turun.
"Kan tinggal loncat kalau turun, kalau di dalam suka desak-desakan," ungkap Ujang di Jalan Raya Samarang-Kamojang, Kecamatan Samarang, Garut, Rabu (25/10) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada perempuan di dalam (angkutan pedesaan). Kalau mereka enggak kebagian masa harus nangkel (bergelantungan)," katanya.
Tak hanya saat berangkat sekolah, para pelajar ini juga sering naik di atap mobil angkutan pedesaan saat hendak pulang ke rumah saat selesai sekolah.
Selain duduk di bagian atap mobil angkutan pedesaan, para pelajar ini juga bergelantungan di bagian belakang mobil. Mereka menumpang di angkutan pedesaan dengan posisi berdiri dan berpegangan ke kursi penumpang tanpa alat pengaman. (avi/avi)