Namun, era modernitas sekarang tak menyurutkan semangat pria asal Cirebon ini untuk tetap memproduksi gasing tarik. Namanya Amir (42) warga Blok Slado Lor Desa Bangodua, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Belasan tahun Amir memproduksi mainan tradisional, ia pun mencoba peruntungan untuk memproduksi gasing tarik pada tahun 2010.
"Alhamdulillah, awal produksi lancar. Meski zaman sudah maju, gasing saya diterima masyarakat. Saat itu penjualan stabil," kata Amir saat ditemui detikcom di kediamannya, Senin (23/10/2017).
![]() |
Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, jenis permainan online ternyata menjadi lawan utama permainan tradisional. Penjualan gasing tariknya mulai mengalami penurunan. Namun, Amir tak kehilangan akal. Gasing buatannya pun dimodifikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang sudah ada 15 model atau bentuk gasing yang kita produksi. Bahannya dari limbah tripleks yang dikirim dari Jakarta dan Bandung. Tentunya bahan bakunya kita pilih agar tidak mengurangi kualitas gasingnya, tidak asal limbah," ucapnya seraya menunjukkan gasing buatannya yang sudah jadi.
![]() |
Amir mengaku gasing tarik buatannya itu sempat mengisi toko-toko mainan di Malaysia. Karena penjualan turun, gasing buatan Amir pun hanya diperjual belikan di dalam negeri.
"Mayoritas di kirim ke luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Kadang ada yang mesen, kadang dikirim ke toko mainan. Sekarang peminatnya mulai turun, khususnya di Jawa," ucap Amir.
Setiap harinya rumah produksi gasing tarik milik Amir mampu memproduksi 10 sampai 15 karung setiap harinya. Dalam satu pekannya, Amir mampu menjual sebanyak 30 sampai 50 karung yang berisi 60 bungkus gasing. Dalam setiap penjualan untuk satu karungnya itu Amir mampu meraup keuntungan sebesar Rp150 ribu.
"Satu bungkusnya dijual Rp12.500, dalam satu bungkus isinya ada 50 gasing mas. Masih murah kok," ucapnya.
Amir berharap gasing buatannya masih diterima anak-anak. Gasing tarim yang terbuat dari tripleks kemudian dilengkapi dengan benang sol itu sering kita jumpai dijajan anak-anak SD. "Saya tetap memproduksi gasing, karena masih dimainkan oleh anak-anak sebagai permainan tradisional," katanya.
(avi/avi)