Sekertaris Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandung Ronny Ahmad Nurudin mengatakan ojek pangkalan juga menjadi perhatian pemerintah lantaran merupakan pengangguran terselubung.
"Ojek pangkalan ini merupakan pengangguran terselubung karena mata pencahariannya dan pendapatannya tidak tetap. Kondisi sekarang dengan ada transportasi online, ojek-ojek konvensional di pangkalan akan kita upayakan membantu salah satunya membuat aplikasi online," kata Ronny usai sosialisasi Lojek ke pangkalan Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Selasa (17/10/2017).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Metodenya hampir sama ojek pangkalan, cuma ditambah memakai aplikasi ini akan membantu ojek pangkalan menarik konsumen," jelas dia.
Dia mengatakan nilai lebih Lojek dibandingkan dengan aplikasi transportasi online lainnya ialah sopir ojek tidak perlu memiliki smartphone. Pasalnya, setiap pangkalan hanya membutuhkan satu smartphone.
"Jadi nanti setiap pangkalan itu ada agen dan adminnya. Jadi dia yang mengendalikan antrean untuk penarikan penumpang menyesuaikan dengan pesanan," ungkap dia.
![]() |
Diakuinya saat ini aplikasi Lojek masih dalam tahap penyempurnaan. Diharapkan dalam waktu dekat bisa segera diluncurkan dan diaplikasikan kepada 700 ojek pangkalan yang ada di Kota Bandung.
"Sambil berjalan kami akan sosialiasi ke 700 pangkalan ojek yang sudah disurvei. Termasuk mengkaji soal tarif agar bisa bersaing dengan ojek online lain," kata dia.
Ia menyebut untuk mensejahterakan ojek pangkalan, pihaknya juga akan memfasilitasi berbagai kebutuhan seperti sparepart, BPJS hingga koperasi. Pihaknya akan menggandeng pihak swasta.
"Kami juga akan kerjasama lintas sektoral untuk promosi aplikasi Lojek ini seperti Dishub, Disbudpar," kata dia.
Pembuatan aplikasi ini hadir berkat kolaborasi Disnaker Kota Bandung dengan pihak swasta. Biaya pembuatan aplikasi Lojek ini menggunakan dana APDB sebesar Rp50 juta. (avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini