Empat Daerah Ini Terendah Capaian Imunisasi MR di Jawa Barat

Empat Daerah Ini Terendah Capaian Imunisasi MR di Jawa Barat

Erna Mardiana - detikNews
Selasa, 03 Okt 2017 11:28 WIB
Foto: Erliana Riady
Bandung - Tingkat capaian imunisasi serentak Meases Rubella (MR) di Jawa Barat hingga akhir September mencapai 92,46 persen dari proyeksi 92,58 persen. Angka itu masih lebih rendah dari target nasional yaitu 95 persen.

Berdasarkan data sementara Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dari 27 kabupaten/kota yang melakukan imunisasi MR, hanya empat daerah yang melampaui target nasional yaitu Kota Cirebon, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Sumedang. Sisanya belum mencapai target. Malah ada yang di bawah 85 persen yaitu Kabupaten Sukabumi (74,47%), Kota Depok (80,88%), Kota Bekasi (82,67%) dan Kabupaten Bandung Barat (83,23%).

Kepala Seksi Surveilan dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Yus Ruseno mengatakan data-data tersebut masih bisa berubah, seiring validasi yang dilakukan tim Dinkes Jabar dan Dinkes di daerah masing-masing. Soalnya tak tertutup kemungkinan adanya data ganda.

Menurut dia dengan capaian 92 persen tersebut, sudah terbilang baik. Hal itu mengingat jumlah sasaran di Jabar paling tinggi di Indonesia. Jumlah sasaran adalah 12.127.620 jiwa anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. "Sementara yang telah telah diimunisai sekitar 11.213.735 anak," ujarnya dalam rilis yang diterima redaksi, Selasa (3/10/2017).

Untuk mengejar target nasional 95 persen, Kementerian Kesehatan pun memperpanjang masa imunisasi hingga 14 Oktober mendatang. Untuk itu, Dinkes Jabar akan memanfaatkan waktu tambahan tersebut untuk mencapai realisasi 95 persen anak terimunisasi MR.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan melakukan penyisiran, termasuk menggenjot daerah-daerah yang tingkat imunisasi MR-nya masih rendah seperti Kabupaten Sukabumi, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bandung Barat," ujar Yus.

Salah satu fokus penyisiran adalah sekolah. Berdasarkan data yang dimilikinya, masih ada sejumlah sekolah yang menolak siswanya diimunisasi. "Ada 20 persen sekolah yang masih menolak imunisasi. Ini yang akan kami dekati kembali," katanya.

Dia menjelaskan, ada berbagai alasan sekolah menolak imunisasi MR. Namun alasan utama karena adanya penolakan dari orang tua murid. "Orang tua murid masih ragu apakah vaksin itu halal atau haram. Selain itu, ada yang ingin imunisasi bagi anaknya dilakukan dokter spesialis, bukan puskesmas," jelasnya.

Hal lain yang menjadi hambatan selama masa imunisasi MR yaitu munculnya kampanye negatif termasuk opini negatif yang disebabkan pemberitaan di media. Seperti pemberitaan seorang anak yang dikabarkan lumpuh bahkan ada yang meninggal tak lama setelah diimunisasi. "Setelah ditelusuri oleh tim dokter ahli, ternyata penyebabnya bukan imunisasi MR," tandasnya.

Menurut dia, sebelum seorang anak diimunisasi MR, tim lebih dahulu mendapat rekomendasi dari dokter. "Apakah imunisasi terhadap anak itu ditunda atau malah tidak boleh. Memang, ada beberapa anak yang tidak disarankan untuk menjalani imunisasi MR karena penyakit yang dideritanya," pungkasnya. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads