Ditemui saat memberikan pelatihan bagi para pelajar di SMKN 2 Garut, Jalan Suherman, Kecamatan Tarogong Kaler, Ujang bercerita tentang awal penemuan lampu Limar ini.
"Sebetulnya ini berawal pada 2008, saya prihatin di tempat saya tinggal di wilayah Pakenjeng, belum teraliri listrik. Jadi saya berinisiatif menciptakaan barang yang bisa memberikan penerangan bagi warga, sehingga terciptal ah lampu Limar ini," ungkap Ujang kepada wartawan di SMKN 2 Garut, Selasa (26/9).
![]() |
Ujang menjelaskan lampu Limar ciptaannya memiliki keunikan dibanding lampu listrik pada umumnya, karena lampu Limar menggunakan aki (akumulator) sebagai tenaga dasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap orang bisa bikin lampu Limar ini sendiri, selain mudah, bahan-bahannya pun tersedia di toko-toko material. Bahannya yaitu aki mobil bekas, lampu LED, kabel, dan saklar," katanya.
![]() |
Dikatakannya, dengan penggunaan lampu ini, masyarakat bisa menghemat biaya listrik hingga berkali lipat.
"Sebagai contoh, jika biaya listrik per bulan itu Rp500 ribu, kalau pakai Limar ini cukup dengan Rp 50 ribu saja, soalnya kan tenaga dasarnya aki. Kalau akinya habis,ya tinggal dicas saja," katanya.
Hingga saat ini, Ujang dan rekannya yang lain dari Yayasan Pilar Peradaban memiliki misi untuk memasang lampu Limar di pelosok daerah di Indonesia yang belum dialiri listrik.
Ujang yang kesehariannya bekerja sebagai aktivis pemberdayaan perekonomian masyarakat itu juga mengaku tidak akan mengkomersialkan lampu ciptaannya ini.
"Kami miris melihat masih ada rumah yang belum teraliri listrik. Kami bertekad untuk membantu mereka saja, tidak untuk mengkomersialkan ini," katanya.
"Cara untuk membantu salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada anak sekolah ini. Jika mereka sudah bisa, kan mereka bisa membuatnya untuk tetangga di kampung. Di komersialkan juga tidak apa-apa," pungkas Ujang.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini