Ini Mimpi Grandprix Si Doktor Muda Berusia 24 Tahun

Ini Mimpi Grandprix Si Doktor Muda Berusia 24 Tahun

Mukhlis Dinillah - detikNews
Kamis, 21 Sep 2017 18:43 WIB
Ini Mimpi Grandprix Si Doktor Muda Berusia 24 Tahun
Foto: Mukhlis Dinillah
Bandung - Menempuh pendidikan tinggi di luar negeri tentunya mimpi setiap orang. Namun hal itu tidak berlaku bagi Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Pemuda berusia 24 tahun itu memilih mengambil program S2 dan S3 nya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Padahal usai mendapat gelar sarjana kimia dari Universitas Indonesia, Grandprix mendapat tawaran melanjutkan pendidikan di Korea.

"Karena saya pengen membuktikan bahwa bersekolah di Indonesia saya bisa berkualitas dan setara dengan lulusan di luar negeri," kata Grandprix kepada detikcom saat ditemui di Jalan Riau, Kota Bandung, Kamis (21/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Langkah yang diambil oleh anak pertama dari tiga orang bersaudara ini tepat. Berkat kerja keras dan kemauan tingginya, Grandprix hanya selangkah lagi akan menyandang gelar doktor setelah menjalani sidang disertasi tertutup pada 6 September 2017 di ITB. Jumat besok, (22/7), ia akan menempuh sidang terbuka di Gedung Rektorat ITB.

Pemuda kelahiran Kupang, NTT 31 Maret 1993 ini menilai lulusan dalam negeri dan luar negeri sama saja. Hanya saja tinggal bagaimana individu itu bisa mengimplementasikan ilmu yang diterima dalam sebuah produk penelitian.

Menurutnya dengan segala keterbatasan fasilitas pendidikan di tanah air justru membuatnya semakin bersemangat untuk berkembang. Dengan begitu, sambung dia, hasilnya pun maksimal.

"Kuncinya terus produktif berkarya. Tugas Tri Dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian berjalan. Kalau (kuliah) di luar negeri tidak struggle karena mau apa-apa ada, sedangkan di sini tidak jadi kita harus berpikir keras," ungkap dia.

Dalam disertasinya, Grandprix konsen meneliti bidang Katalis dengan topik zeolite sintesis, mekanisme, dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5. Katalis merupakan zat yang mempercepat reaksi kimia pada suhu tertentu tanpa mengalami perubahan.

Ia mengatakan Katalis biasanya dimanfaatkan untuk industri petrokimia dan biomassa. Saat ini, Indonesia belum mengembangkan Katalis, sehingga untuk memenuhi kebutuhan industri masih mengimpor dari luar negeri.

"Tentu tujuan akhirnya industri. Untuk sampai industri, butuh kerjasama multi disiplin tidak hanya dari kami (kimia) tapi enginering dan lainnya. Kalau bekerjasama dengan yang lain, sangat berpotensi mandiri. Pasti ada tujuannya harus ke situ (industri)," kata dia.

Dia mengaku sementara waktu akan mengabdi di ITB sebagai tenaga pengajar alias dosen. Sambil mengajar, ia bakal terus melakukan penelitian mengembangkan Katalis sehingga suatu saat bisa menjadi sebuah industri.

"Mau jadi dosen di ITB. Setelah selesai S3 harusnya makin ngegas untuk penelitiannya dan menghasilkan karya berkualitas. Profesor hanya bonus bukan target, yang penting produktif," ujar Grandprix.


(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads