Pijar digagas oleh tiga mahasiswa ITB sejak Tahun 1999. Namun komunitas ini baru diresmikan pada awal tahun 2012.
"Saya dari kuliah itu kan udah suka nempa, kita sering ngajak adik-adik kelas untuk ikutan. Seiring waktu itu rontok, mereka banyak yang udah lulus kemudian sibuk dengan pekerjaannya. Suatu ketika kita lagi ada pameran di Monumen Perjuangan, tiba-tiba ada yang nanya kalau kita ada komunitasnya atau tidak. Pada akhirnya tahun 2011 akhir di jalan Salatiga baru kita rencanain buat komunitas. Tahun 2012 awal akhirnya Pijar diresmikan," terang Ibnu, salah satu perintis Komunitas Pijar saat ditemui di basecamp Pijar, Jakan Kudus No 34, Antapani Kidul, Kota Bandung, Senin (18/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tujuan awal dibentuknya komunitas Pijar ini adalah untuk melestarikan budaya dan tradisi menempa yang pada pada awalnya berfokus pada pusaka. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya pusaka yang ditempa tetapi juga merambah ke aksesoris, furniture, benda-benda tajam, dan lain sebagainya. Komunitas ini juga dapat dikatakan sebagai pionir komunitas menempa di Indonesia bahkan ASEAN.
"Kami fokus ke arah keilmuan tentang pelestarian penempaan Indonesia yang berakar pada budaya Nusantara. Namun kita mengaplikasikannya dengan ilmu yang ada di jaman modern ini secara metalurgi, pembentukan, sampai konsep berkeseniannya. Bahkan bisa dibilang sampai sekarang baru kita sih komunitas menempa yang ada se-ASEAN, yang berbentuk komunitas ya," ujar Auji Rizki Fajar, Sekertaris Umum Pijar.
Sampai saat ini, komunitas ini memiliki anggota sekitar 31 orang yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi yang berbeda. Komunitas Pijar terbuka untuk umum, jadi bagi anda yang ingin mempelajari bagaimana seni menempa logam dan kayu silahkan berkunjung ke basecamp komunitas Pijar.
Biasanya, dalam waktu 3-4 bulan sekali komunitas ini rutin mengadakan workshop menempa yang di buka untuk umum. Dengan mengikuti workshop ini anda akan dapat merasakan langsung bagaimana proses penempaan di bengkel logam dan kayu milik komunitas Pijar. Bukan hanya itu saja, mereka juga sering mengadakan pameran untuk memperlihatkan hasil karya tempaan.
![]() |
Tidak ada persyaratan khusus jika ingin bergabung dengan komunitas ini. Cukup dengan memiliki kemauan untuk belajar menempa dan memiliki komitmen untuk bisa menghasilkan karya setelah menerima ilmu penempaan dari para tutor di Pijar.
"Untuk pertanggungjawaban karya, kita sih mungkin kasarnya bisa dibilang memaksa seorang yang udah punya karya bisa menjual karyanya. Karena dari situ bisa dilihat kan komitmennya terhadap penempaan itu seperti apa," ujar Auji.
Dengan adanya komunitas Pijar ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa bangga menjadi seorang pandai besi, terutama di kalangan anak muda.
"Harapan kita sebenarnya sederhana, bahwa kemudian kita bisa membangkitkan kembali rasa bangga menjadi seorang pandai besi itu di justru kalangan anak muda. Kita juga perlu mengedukasi kembali masyarakat tentang itu. Harapannya dengan kita sering ngadain roadshow ke sana kemari itu bisa mengedukasi masyarakat," ucap Ibnu di akhir wawancara. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini