Bunga, Bocah 9 Tahun ini Diikat karena Sering Benturkan Kepala

Bunga, Bocah 9 Tahun ini Diikat karena Sering Benturkan Kepala

Syahdan Alamsyah - detikNews
Rabu, 20 Sep 2017 17:15 WIB
Bunga (pakai baju kuning) terpaksa diikat karena sering membenturkan kepalanya (Foto: Syahdan Alamsyah)
Sukabumi - Malang nasib Bunga Gusmiar Alwi, bocah berusia 9 tahun asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini terpaksa harus diikat oleh kedua orang tuanya karena penyakit aneh yang dideritanya. Tak ada biaya membuat Bunga tidak tersentuh penanganan medis.

Kisah mengharukan itu terjadi di Kampung Cisarua, RT 03 RW 03, Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja. Sumarni (48) ibunda Bunga menyebut perlakuan terhadap putri bungsunya itu terpaksa dilakukan lantaran Bunga kerap membentur-benturkan kepalanya ke tembok.

"Dulu rambutnya panjang sampai sepinggang, cuma karena sering benturkan kepala hingga terluka akhirnya oleh ayahnya dipotong. Setelah rambutnya pendek baru kelihatan kalau di kepalanya banyak luka," kata Sumarni kepada detikcom di kediamannya, Rabu Rabu (20/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi Bunga terjadi sejak dia masih berusia 3 tahun, Sumarni curiga putrinya itu belum juga bisa berjalan layaknya bocah sebayanya. Saat itu Furqon (53) suaminya menyarankan agar Bunga mendapat perawatan medis.

"Dia enggak bisa bicara dan jalan, saya obati ke rumah sakit karena kebetulan saat itu perusahaan perkebunan tempat kerja bapaknya lagi maju, bahkan sempat terapi juga. Tapi akhirnya berhenti karena lama-lama namanya uang makin menipis, sementara kondisi putri saya tidak kunjung membaik," cerita Sumarni.

Seiring bertambahnya usia, kondisi Bunga makin aneh. Dia seringkali membenturkan kepalanya ke tembok dan tidak bisa diam, kondisi itu berlangsung hingga hari ini dan terus memburuk. Bunga tumbuh sebagai bocah yang hiperaktif.

"Nggak bisa diam, dulu sekali pernah pijat kampung di bagian kakinya dan bisa berjalan. Namun itu tidak bertahan lama, kedua kakinya mengecil seiring pertambahan usia. Kebiasaan membenturkan kepalanya ke tembok tidak berhenti sampai akhirnya terpaksa kami ikat dia ke kursi dengan pelindung bantal di semua bagian," lirih Sumarni, air matanya mengalir deras.

Sumarni berharap putrinya mendapat perawatan medis namun ia mengaku bukan pemegang kartu BPJS. Pihak pemerintah desa setempat diyakini Sumarni sudah mengetahui kondisi putrinya namun tidak ada satupun yang datang untuk sekedar menjenguk.

"Pihak desa, Puskesmas tau kondisi putri saya seperti ini. Tapi mereka belum pernah sekalipun datang ke sini, saya hanya ingin tau penyakit apa yang diderita anak saya," imbuhnya.

(avi/avi)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads