Diceritakan warga setempat, Husein, kelompok DII/TII mendatangi kampung tersebut dan mendapat penolakan warga. "Masjid ini adalah saksi bisu masyarakat di kampung ini, di bawah kendali Kyai Haji Badrudin melawan gerombolan DI/TII. Meski tidak angkat senjata warga menolak keras rencana berdirinya NII. Kesal mendapat penolakan, mereka membakar masjid," kata Husen, salah seorang keturunan Almarhum KH Badrudin, kepada detikcom, Sabtu (16/9/2017).
Usai dibakar dan situasi dianggap aman, warga kemudian bahu membahu melakukan perbaikan. Sampai akhirnya Masjid Al Islah kembali berdiri. Puluhan tahun berlalu masjid tersebut keropos dimakan usia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar tersebut sampai ke telinga anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Cianjur. Komunikasi yang memang sudah terjalin membuat sejumlah ulama dan ustaz di kampung tak segan untuk curhat tentang kondisi masjid.
"Alhamdulillah, komunikasi kemudian kami jalin tidak lama kemudian datang Pak Dede AS (Aiptu Dede AS) dan mengabadikan setiap sudut ruangan masjid. Selang beberapa hari, datang lagi rombongan dari polisi dan langsung mengutarakan niatnya untuk merehab total bangunan masjid, Alhamdulillah harapan warga terkabul," lanjut Husen.
Giat bertema polisi peduli sendiri adalah bagian dari rangkaian hari jadi ke 62 Satlantas Polres Cianjur. Sumber anggaran dari dana baksos yang didapat dari sumbangan sukarela seluruh pimpinan dan anggota Sat lantas Polres Cianjur.
"Masih rangkaian hari jadi Satlantas, kita mendengar cerita tentang masjid ini di masa lampau. Karena keterbatasan dana kondisi masjidnya memprihatinkan, atas dasar itu mengapresiasi semangat nasionalisme warga kami inisiasi untuk melakukan rehab. Keterangan yang kami peroleh masjid ini adalah sarana ibadah untuk 400 jiwa dan semua kegiatan keagamaan juga berpusat di masjid ini," beber Kasatlantas Polres Cianjur AKP Erik Bangun Prakasa. (ern/ern)











































