Namanya Sarmin (59), warga Desa Panunggul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ia rela tak bisa menikmati usia senja untuk bersantai. Sarmin memilih berjualan air bersih ke Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya.
Kelangkaan air bersih di Desa Gegesik Kulon menjadi berkah tersendiri bagi Sarmin. Tak adanya sumber air bersih dan belum masuknya pipa PDAM menjadi permasalahan klasik selama puluhan tahun di desa tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sehari ia meraup untung Rp 150 ribu. Tapi ia harus bolak-balik sebanyak dua hingga tiga kali mengangkut air dari rumahnya menuju Desa Gegesik Kulon. Rata-rata ia mampu menjual 140 jeriken dalam sehari. Satu jeriken kapasitas 22 liter dijual seharga Rp 2.000.
"Ya dinikmati saja, alhamdulilah. Sekarang saya punya pelanggan tetap, sekitar seratusan rumah pelanggannya. Tiap rumah rata-rata butuhnya lima hingga enam jeriken," tuturnya.
Sarmin mengangkut jeriken air bersih menggunakan traktor. (Foto: Sudirman Wamad/detik.com) |
"Alhamdulilah anak bisa kuliah. Tapi, anak pertama, Wartini (36) hanya lulusan SMP. Dulu saya masih merintis, jual air pakai sepeda dan becak. Sekarang sudah bisa pakai traktor, ini juga hasil penjualan air bersih saya kumpulkan," kata Sarmin.
Sarmin bercerita, anak keduanya, Edi Saputra, kuliah hingga jenjang D3 di Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani) Kota Bandung. Edi memilih jurusan teknik elektro. Sementara, Eva Fuaziah, anak ketiga Sarmin, menjalani studi di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC). Eva memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
"Edi lulus kuliah tahun 2015 mas. Sekarang sudah bekerja di hotel yang ada di Kota Cirebon. Alhamdulilah anak bisa kuliah," kata Sarmin.
Saat ini Sarmin memiliki pelanggan tetap sekitar seratusan rumah di Desa Gegesik Kulon. Dari hasil menjual air, dirinya berhasil meraup keuntungan sekitar Rp 150.000 perhari. Sedangkan pengeluaran setiap bulannya untuk membayar air PDAM bisa mencapai lebih Rp 1 juta. Namun Sarmin tetap bersyukur dengan kondisi yang ada.
Terpisah. Anak ketiga Sarmin, Eva Fauziah mengaku bangga memiliki seorang ayah pekerja keras demi pendidikan anaknya. Ia tak malu meski ayahnya hanya seorang penjual air bersih. "Ngapain malu, bangga saya punya bapak yang kerja keras buat anaknya. Sekarang saya tingkat dua, masuk kuliah tahun 2016 kemarin," kata Eva saat ditemui di rumahnya.
Eva sempat menunda pendidikan selama satu tahun dan bekerja terlebih dahulu di Cirebon dan Cikarang. Di Cirebon ia bekerja di salah satu perusahaan bidang elektonik, sedangkan di Cikarang ia bekerja di perusahaan spare part kendaraan.
Eva dikenal sebagai remaja yang ulet. Bahkan, untuk membantu penghasilan bapaknya, ia rela berjualan gorengan saat masih duduk di bangku SMA.
"Kelas sebelas SMA saya jualan gorengan di sekolah. Ya kalau gorengnya mah di rumah, kadang juga saya titipin ke Koperasi Siswa (Kopsis), saya SMA di SMAN 1 Gegesik," ucapnya.
Sarmin begitu semangat mengais rezeki demi pendidikan anak-anaknya. (Foto: Sudirman Wamad/detik.com) |
"Kadang banyak orderan, kadang juga sepi. Ya Alhamdulilah bisa membantu buat bayar semesteran," kata Eva.
Salah satu pelanggan air bersih, Karseni (42) warga Blok Pulo Rancang, Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon mengaku sudah 14 tahun berlangganan air bersih dari Sarmin. Karseni merasa terbantu dengan adanya Sarmin.
Air bersih yang ia beli dari Sarmin dimanfaatkan untuk kebutuhan berjualan, seperti jual beli ikan hias, agar-agar, dan air minum. "Kalau mandi sama mencuci baju mah di sungai. Sudah puluhan tahun tak ada air bersih, di sini belum ada pipa PDAM," kata Karseni yang berharap pemerintah menyediakan sumber air bersih atau saluran pipa PDAM di desanya. (bbn/bbn)












































Sarmin mengangkut jeriken air bersih menggunakan traktor. (Foto: Sudirman Wamad/detik.com)
Sarmin begitu semangat mengais rezeki demi pendidikan anak-anaknya. (Foto: Sudirman Wamad/detik.com)