Salah seorang petugas pemadam kebakaran sekaligus saksi mata, Raden Deni Suherman menuturkan, peristiwa bermula saat kebakaran di sebuah pabrik penyimpanan kain sudah tahap pendinginan, Senin (11/9/2017) subuh. Petugas pun beristirahat secara bergantian.
Deni mengatakan, saat itu ia tengah menyantap gorengan dan menyeruput kopi bersama rekannya Imam Taufik. Namun, beberapa menit setelah menikmati gorengan dan kopi, ia meninggalkan Imam untuk menghampiri rekan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Titahnya kepada Imam tidak digubris. Imam malah meninggalkan lokasi itu dan menghampiri Tresna yang sedang beristirahat tak jauh dari lokasi awal dengan maksud memberikan kopi. Tiba-tiba peristiwa naas itu berlangsung tepatnya pukul 05.30 WIB.
"Saya lihat Imam pergi bawain kopi ke Tresna yang lagi istirahat juga. Pas sampe di dekat Tresna, tiba-tiba tembok pabrik yang udah rapuh roboh nimpa mereka," jelas anggota yang sudah bertugas 11 tahun ini.
Menurutnya peristiwa merenggut nyawa Tresna itu berlangsung cepat. Tresna tidak sempat menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan tersebut. Deni yang hanya berjarak 5 meter dari lokasi robohnya tembok langsung bergegas mengevakuasi keduanya.
Ia mengatakan reruntuhan tembok bangunan itu mengubur seluruh tubuh keduanya. Saat dilakukan evakuasi, masih bisa tertolong dengan mengalami luka parah di kepala dan beberapa bagian tubuhnya. Namun, Tresna meninggal di perjalanan.
"Saat dievakuasi, almarhum Tresna dalam keadaan sujud dengan luka parah di kepalanya. Termasuk Imam juga. Kabarnya tadi Imam kritis, tapi sudah siuman sekarang," kata dia
Dia menyebut keduanya merupakan Pekerja Harian Lepas (PHL) yang baru bergabung di DPKPB Kota Bandung 6 bulan terakhir. Imam bertugas sebagai pengemudi mobil rescue, sementara Tresna mengemudikan mobil pemadaman.
"Saya hampir setiap hari dengan mereka, karena piketnya bareng. Saya sangat kehilangan sosok Tresna. Beliau sosok yang baik dan soleh," kenang Deni.
Kepala DPKPB Kota Bandung Ferdi Ligaswara mengatakan peristiwa yang merenggut salah seorang anggotanya itu merupakan musibah. Pasalnya, para petugas di lapangan sudah dibekali standard operasion prosedur dalam melaksanakan tugas.
"Ini adalah musibah. Tidak ada yang berharap dari kejadian ini. SOP kita selalu dalam standarisasi. Karena lingkaran kita adalah lingkaran maut. Anggota kami adalah lingkaran maut yang tidak hanya berada di urusan api tapi urusan kebencanaan lainnya. Berat kehilangan tapi kita harus ikhlas," ungkap Ferdi.
Sebelumnya, korban tewas setelah tertimpa reruntuhan bangungan pabrik penyimpanan kain yang terbakar hebat pada Senin (11/9/2017) dini hari. Korban tewas dilokasi, sementara korban lainnya Imam Taufik sempat kritis di RSHS Bandung.
Almarhum Tresna meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Jenazah Tresna dikebumikan di kampung halamannya di Kadungora, Garut, Jawa Barat setelah dilepas oleh DPKPB kepada pihak keluarga.
(avi/avi)