Aksi yang dikawal ketat oleh Laskar Pembela Islam Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Sumedang dimulai dari Pukul 13.30 WIB dan berlangsung secara damai.
Koordinator aksi Dedi Mulyadi mengatakan aksi tersebut diikuti oleh 52 organisasi masyarakat di wilayah Kabupaten Sumedang. Massa mengecam penindasan yang dilakukan Junta Militer Myanmar terhadap umat muslim Rohingya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikcom, massa aksi yang terdiri dari laki-laki dan perempuan mengibarkan bendera, membentangkan spanduk dan mengangkat poster, bershalawat dan menyuarakan 'Selamatkan Rohingya' menggunakan pengeras suara.
![]() |
Dedi mengungkapkan Pemerintah Indonesia harus menyikapi permasalahan ini dengan serius. "Kalau perlu kerjasama diplomatik diputuskan karena mereka (Myanmar) tidak menghotmati saudara kita sesama muslim," ungkapnya.
Pada aksi solidaritas tersebut, hadir pula Bupati Sumedang Eka Setiawan dan jajaran Pemkab Sumedang. Mewakili warga Sumedang pihaknya merasa prihatin atas penindasan umat muslim Rohingya. "Kami prihatin dengan kejadian ini," katanya.
Eka berharap kepada para masa aksi untuk melakukan aksi secara damai. Pihaknya mengimbau kepada masa akasi untuk mengikuti aksi dengan tertib dan tidak melakukan pengrusakan. "Kami harapkan, jangan ribut. Semoga melalui aspirasi kita mereka bisa keluar dari kesulitan (penindasan) yang dialami," ucapnya.
Hingga Pukul 15.00 WIB aksi masih tetap berlangsung. Selain melakukan aksi mereka juga melakukan penggalangan dana. Usai melakukan orasi di Gedung Negara Sumedang, masa aksi melakuan longmarch ke Gedung DPRD Sumedang dan Bunderan Alam Sari Sumedang.
![]() |
Bawa Bayi Saat Aksi
Tak hanya laki-laki, massa perempuan juga banyak yang turun. Tak sedikit yang membawa anak kecil.Salahsatu peserta aksi Sarah Nurfajrin (21) membawa anaknya yang masih berumur 16 bulan.
Bayi perempuan bernama Maryam itu terlelap tidur di atas kereta bayi saat aksi berlangsung. "Ini bagian dari ibadah, bagian dari dakwah bentuk kepedulian pada saudara kita umat muslim Rohingyah," ujar Sarah.
Tidak lupa, keperluan makan, susu, baju dan payung diaiapkan Sarah agar anaknya tidak kepanasan dan terkena angin.
Walau harus membawa anak kesayangannya saat aksi berlangsung, Sarah tidak menganggap itu sebagai ekploitasi anak. "Alhamdullilah tidak rewel. Anaknya sudah biasa karena sering dibawa ngaji dan sering dibawa keluar," ungkapnya.
![]() |
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini