Kepala sekolah SMKN 1 Garut Dadang Djohar mengatakan kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap muslim di Rohingya.
"Kami sangat prihatin dengan keadaan saudara muslim kami di Myanmar saat ini. Mereka harus dibela," ungkap Dadang di SMKN 1 Garut, Jalan Cimanuk, Tarogong Kidul, Jumat (8/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam aksinya, sebagian siswa berdandan layaknya tentara dengan senjata lengkap. Sebagian lainnya berpenampilan layaknya masyarakat etnis Rohingya.
Mereka memperagakan aksi pembantaian. Siswa dan guru yang berperan sebagai masyarakat disiksa dan diinjak-injak oleh para tentara.
Setelah itu, diiringi suara-suara tembakan, warga Rohingya digambarkan dirantai dan kambali dipukuli oleh para tentara.
"Ada pesan di sini. Kami berharap agar warga etnis Rohingya bisa kembali hiduo normal dan dibebaskan dari penjajahan pemerintahnya sendiri," katanya.
Aksi tersebut mendapat berbagai reaksi dari para siswa. Sebagian siswa terheran-heran melihat aksi tersebut. Namun tak sedikit juga siswa yang menertawakan aksi yang tak biasa dari teman-temannya.
Dadang berharap dengan adanya aksi ini, kekejaman yang terjadi pada etnis Rohingya dapat diberantas.
"Intinya, segala bentuk penjajahan kan harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan. Kebebasan untuk hidup itu kan hak semua manusia," pungkasnya.
Selain menggelar aksi teatrikal, para siswa dan guru juga menggalang dana yang nantinya akan disumbangkan untuk misi kemanusiaan di Myanmar. (ern/ern)











































