Angka tersebut muncul setelah dilakukan survei indeks kebahagiaan bersama Laboratorium Quality Control Departemen Statistika Universitas Padjajaran yang diumumkan pada Kamis (7/9/2017) di Hotel El Royale, Kota Bandung.
Metode yang dilakukan dalam hal ini adalah survei menggunakan Model Dinamis Kebahagiaan yang dikembangkan oleh The New Economic Foundation (NEF 2008) dan dimodifikasi melalui pendekatan psychological wellbeing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil survei tersebut didapatkan hasil segmentasi kepala keluarga atau pasangan memiliki indeks kebahagiaan sebesar 73,43 (sangat bahagia), remaja 75,11 (sangat bahagia), dan kepala keluarga atau pasangan warga miskin sebesar 68,58 (bahagia).
![]() |
Ditemui usai menghadiri acara, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan survei tersebut dibutuhkan untuk proses pembangunan yang merata di Kota Bandung.
"Indeks kebahagiaan ini bukan untuk gaya-gayaan atau keren-kerenan. Sebenarnya kami mencari pembangunan berbasis mental manusia," ujar Emil sapaan akrab wali kota.
Contohnya, kata Emil, dari hasil survei akan diketahui bagaimana sebuah program dirancang dari kelompok usia atau penghasilan. Hal itu juga akan berbeda saat membuat program untuk warga miskin, menengah hingga menengah atas.
"Tadi kan ketahuan Antapani paling bahagia, yang paling tidak bahagia Andir. Jadi kesimpulan itulah yang dibutuhkan untuk membuat rekayasa pembangunan," katanya.
Meski begitu teori yang digunakan saat ini adalah sebuah hal baru sehingga dinilai belum sempurna. Sehingga ke depan bisa didapat hasil survei yang lebih mendalam dan tidak sekedar mendapat hasil indeks kebahagiaan.
Emil berharap pembangunan sebuah daerah atau negara tidak selalu menggunakan statistik umum. Sehingga kelak didapat generasi yang maju secara lahir dan batin.
"Tidak seperti Singapura yang 40 persen warganya tidak bahagia. Dan Korea yang angka bunuh dirinya tertinggi kedua di dunia," tandas Emil. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini