Hal itu diungkapkan salah seorang tetangga korban, Maryono (65) saat ditemui detikcom di kediamannya, Minggu (3/9/2017).
Sebelumya, kata Maryono, AS tidak pernah terlibat pertikaian dengan keluarga. "Ya akur-akur saja mas. Gak ada ribut apa-apa. Makanya saya juga gak nyangka," kata Maryono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya sempat terlihat sibuk mengasah pisaunya," terang Maryono.
Menurut Maryono, As setiap harinya berprofesi sebagai tukang pijat dan penjual arum manis. Maryono mengaku jarang ngobrol dengan AS.
"Kalau malam kan jadi tukang pijat. Jadi, kalau ketemu itu pas di warung saja, pas beli rokok. Ngobrol juga tak banyak. Dia pendiam," ucapnya.
Sementara, lanjut Maryono, isu yang berkembang di lingkungan keluarga pelaku, AS mendapatkan warisan dari orang tuanya. Namun, jumlah yang AS terima tidak lebih besar dibandingkan dengan saudaranya.
"Dengar-dengar soal warisan. Katanya dapat warisan tapi sedikit," ucapnya.
Maryono juga menceritakan, saat kejadian sejumlah warga sempat mendengar jeritan dari rumah pelaku. Maryono dan warga lainnya langsung bergegas mendobrak pintu rumah pelaku. Saat dibobrak, posisi pelaku tepat di depan pintu.
"Kayanya menghalangi keluarganya yang mau meloloskan diri. Anaknya itu sempat mendobrak jendela. Selain menghalangi, pas pintu didobrak pelaku juga berusaha kabur," katanya.
Diberitakan sebelumnya Kasat Reskrim Polres Cirebon Reza Arifian mengatakan, AS melakukan pembunuhan pada Sabtu (3/9/2017) sekitar pukul 23.30 WIB. Selain istri dan ibu kandungnya, Rawiyah (33) dan Sumarni (64), kedua anaknya, yakni Guntur (3) dan Eka Galuh Saputra (5) menjadi korban kesadisan AS. Keduanya mengalami luka serius.
Kakak kandung dan ipar pelaku , Reni (35) dan Lili (35) juga mengalami nasib yang sama. (avi/avi)