Teh Cascara namanya. Di Garut, teh ini pertama kali dikembangkan oleh salah seorang pecinta kopi Hari Yuniar. Detikcom berkesempatan untuk melihat proses produksi teh cascara di tempat produksi milik Hari di wilayah Kecamatan Bayongbong, Garut.
![]() |
Cara produksi teh dari kulit biji kopi ini sangat sederhana. Biji kopi yang telah dikeringkan selama beberapa hari di bawah sinar matahari langsung kemudian dijahit dan dipisahkan antara kopi dan kulitnya dengan menggunakan mesin.
"Biasanya kami keringkan selama satu bulan. Kulit ceri kopi kemudian dipisahkan dengan biji kopi menggunakan mesin huller," ungkap Hari kepada detikcom di tempat produksi miliknya di Jalan Raya Bayongbong, Kecamatan Bayongbong, Garut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain itu, cara penyajiannya pun sangat mudah, Teh cascara yang sudah jadi dituang ke dalam gelas atau teko, kemudian diseduh dengan air panas mendidih. Teh cascara pun siap dinikmati.
"Memang rasanya seperti teh pada umumnya, tapi ada uniknya. Yaitu saat diminum akan terasa rasa manis dan asam khas seperti kopi," katanya.
Di Garut sendiri, teh cascara kini mulai banyak digandrungi oleh masyarakat lantaran banyak di jual di sejumlah kafe dan restoran. Namun, Hari mengaku sejak tahun 2013 lalu, teh cascara hasil produksinya ini telah dipasarkan ke pasar Internasional.
"Memang banyak permintaan seperti dari Singapura, Hongkong, dan Amerika Serikat. Kita mengekspor Teh Cascara sebanyak 2 ton setiap enam bulan ke negara itu," ungkap Hari.
Teh cascara ini dibandrol dengan harga Rp 40 ribu perbungkusnya. Harganya bisa naik kala anda membelinya di luar negeri yakni bisa mencapai 70 Dolar Amerika Serikat.
Jika anda ingin mencicipi segarnya teh cascara ini, anda bisa langsung datang ke kafe-kafe yang ada di Kabupaten Garut atau membelinya dalam bentuk kemasan di toko-toko online. (avi/avi)