Menggunakan terpal biru, pasutri lanjut usia membangun 'rumah' sementaranya. Tenda biru itu tersembunyi di balik deretan bendera Merah Putih aneka ukuran yang dijajakan untuk pembeli.
"Sejak ke sini, setiap hari Emak sama Abah tinggal di tenda aja," ucap Ocih saat berbincang dengan detikcom di lapaknya, Kamis (27/7) sore. Ocih dan suaminya datang ke Bandung 20 Juli lalu dan akan bertahan hingga 16 Agustus nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak ada kenyamanan yang didapat Ocih dan suami saat tidur di tenda itu. Nyamuk, angin malam, serta bisingnya kendaraan yang lalu lalang menjadi peneman tidur keduanya. Demi sesuap nasi, Ocih dan suaminya tentu harus membuang rasa nyaman.
"Kadang Emak susah tidur karena banyak nyamuk. Tapi ya mau bagaimana lagi, harus diterima saja," kata Ocih.
Ocih mengaku terpaksa tidur di tenda pinggir jalan. Selain tak memiliki bekal untuk menyewa rumah, Ocih pun enggan berjauhan dengan barang daganganya.
"Kalau ditinggal, bagaimana bendera-benderanya. Takut ada yang nyuri," ucapnya yang sudah lima tahun terakhir berjualan bendera di Bandung.
Selama tinggal di tenda, Ocih masih bisa melakukan berbagai aktivitas. Untuk makan sehari-hari, ia memasak nasi liwet di sekitar tenda dengan beras yang dibawa dari Leles, kampung halamannya.
"Susahnya kalau mau ke kamar mandi. Harus jalan ke tempat tambal ban dekat pasar buat numpang ke kamar mandi," tuturnya.
Meski harus hidup susah selama berjualan, Ocih dan suami tetap ikhlas menjalaninya. Ya, sepanjang dijalani bersama belahan jiwanya, bagaimana pun kondisinya tetap mereka nikmati. "Asa senang saja, menikmati Emak mah," ucapnya.
![]() |