Selama ini area Dayeuhkolot menjadi salah satu daerah langganan kebanjiran saat musim hujan. Pembangunan gedung yang menelan biaya Rp 485 juta ini menjadi tempat mengungsi para warga dari kawasan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang, ketika Sungai Citarum meluap.
Pemkab Bandung meresmikan gedung tersebut hari ini. Hadirnya gedung itu merupakan salah satu program yang digulirkan Pemkab Bandung bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bandung dan Zurich. Gedung dua lantai ini mampu menampung 200 orang. Lantai satu untuk menyimpan kendaraan, lantai dua digunakan sebagai area pengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada sekitar 162 kk di wilayah Dayeuhkolot memiliki rumah satu lantai dan berada di bantaran Sungai Citarum yang rawan banjir genangan dengan ketinggian di atas 200 sentimeter," kata Ahmad saat ditemui di gedung pengungsian.
Selain difungsikan untuk tempat pengungsian, gedung ini dilengkapi sarana air bersih, dapur umum, peralatan penerangan atau tanggap bencana, tenda, perahu, pelampung dan peralatan posko banjir.
Bupati Bandung Dadang M Naser menyebut gedung ini berguna sebagai tempat singgah warganya yang terdampak banjir. "Desa Dayeuhkolot langganan banjir yang setiap tahunnya cukup tinggi," ujar Dadang.
Tempat singgah pengungsi korban banjir juga dibangun di Baleendah. Pemkab Bandung rencananya kembali membangun gedung serupa untuk korban langganan banjir di Kecamatan Rancaekek. "Harus dibuat juga gedung serbaguna, itu sedang kami pikirkan lagi," ucap Dadang. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini