Suguhan jurus-jurus pesilat itu mengundang decak kagum 180 duta besar dan penonton lainnya yang menyaksikan langsung di lokasi acara. Tepuk tangan bergemuruh meriah.
Foto: istimewa |
Suasana tersebut dikisahkan salah satu pesilat asal Kabupaten Bandung, Zahra Nur Alya (16). Ia delegasi Indonesia dalam promosi pencak silat yang diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda kepada UNESCO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi pesilat Indonesia ini berlangsung selama durasi 60 menit, pada Selasa (9/5). Penampilan pertama dibuka paguron (perguruan) dari KBRI Paris, lalu dari Tapak Suci, dan ditutup oleh MASPI.
Foto: istimewa |
Bukan hanya gerakan pencak silat biasa, setiap gerakan dan setiap jurus yang dikeluarkan mengandung cerita yang dituangkan dalam aksi teatrikal. "Ada perpecahan antara guru dengan guru, murid dengan guru dan murid dengan murid. Mereka akan dipisah oleh salah satu jawara dan akhirnya berdamai, karena temanya persahabatan persaudaraan dan perdamaian abadi," tutur Zahra.
Zahra bangga terpilih sebagai delegasi Indonesia untuk mengenalkan pencak silat di markas UNESCO.
Foto: istimewa |
Serupa diungkapkan Sabrina Riyandani (16), pesilat lainnya. Ia senang dapat mengenalkan bela diri asli Indonesia di mata dunia.
Sabrina berujar, saat penampilan berlangsung ia merasa gugup, beruntung banyak yang memberi semangat. "Lumayan gugup. Gugupnya hilang karena ada dorongan dari para pelatih dan tim," kata pesilat dari Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.
Usai melakukan penampilan, para pesilat dikerumuni warga Paris untuk swafoto. Mereka berharap, setelah tampil di Markas Besar UNESCO Paris, pencak silat dapat tercatat sebagai warisan tak benda dunia pada 2019 mendatang.
Foto: istimewa |












































Foto: istimewa
Foto: istimewa
Foto: istimewa
Foto: istimewa