"Post kapitalisme ini adalah kegiatan ekonomi tapi tidak terselenggara oleh satu institusi, tapi merupakan keroyokan dari menengah bawah yang mendukung kegiatan ekonomi," ujar Wali Kota Bandung Ridwan Kamil usai rapat di Best Western Premier La Grande di Jalan Merdeka, Rabu (3/5/2017).
Emil mengambil contoh bisnis yang dikembangkan Go-Jek. Di mana Go-Jek hanya memiliki sebuah sistem yang bisa menghadirkan sopir motor bertemu dengan penumpang tanpa Go-Jek harus memiliki kendaraan sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang paling memungkinkan diterapkan, kata Emil, yakni katering makanan untuk makan minum (Mamin) di Pemkot Bandung. Nantinya Pemkot bisa memesan makanan dari kampung-kampung miskin yang berpotensi.
"Contoh makanan. Nanti pesen kerupuknya dari kampung miskin A, pesen nasinya dari kampung miskin B, kemudian dagingnya dari kampung miskin C, dan seterusnya sehingga itu terdistribusi ke masyarakat menengah bawah. Tidak diakumulasi oleh pengusaha-pengusaha," jelasnya.
Sistem post kapitalisme ini, kata Emil, bisa diterapkan juga dalam penyewaan rumah-rumah warga. Sehingga wisatawan tidak melulu menginap di hotel mewah.
"Bisa diterapkan di home stay juga. Kamar-kamar yang disewakan saya minta tahun ini dan tahun depan dipromosikan sehingga wisatawan yang ke Bandung bisa nginap di hotel besar atau juga di rumah-rumah warga seperti yang saya eksperimenkan juga," bebernya.
Emil yang juga menyewakan kediaman pribadinya itu menilai sistem post-capitalis bisa mengurangi kesenjangan antara menengah atas menengah bawah di Bandung.
"Nama teorinya post-kapitalisme, mendistribusikan kegiatan ekonomi ke menengah bawah secara merata sehingga tidak terjadi kesenjangan," tandasnya. (avi/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini