Aktivitas tak biasa ini rupanya diakibatkan perebutan teritorial di area habibat. Ketua Forum Macan Tutul Jawa (Formata) Hendra Gunawan mengatakan macan tutul yang terdeteksi turun gunung itu sebagian berusia muda. Biasanya, macan muda itu kalah dalam pertarungan perebutan wilayah kekuasaan.
"Catatan kami, sembilan ekor itu merupakan macan muda. Mereka (macan) kalah dalam perebutan wilayah hingga akhirnya keluar kawasan," kata Hendra dalam diskusi penanganan konflik Macan Tutul Sawal di Kebon Binatang Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Selasa (25/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendra menjelaskan, wilayah kekuasaan seekor macan tutul di suatu habitatnya itu mencapai 700 hektare. Apabila ada macan lainnya yang memasuki kawasan itu, akan ada perkelahian untuk mempertahankannya.
Luasan Gunung Sawal mencapai 10.515 hektare. Namun, hanya sekitar 6 ribu hektare lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai habitat macan tutul. Populasi menipis dengan adanya degradasi habitat.
![]() |
Menurut dia, aktivitas macan tutul turun Gunung Sawal ke pemukiman warga itu bukan semata-mata mencari makan. Melainkan melintas untuk mencari kawasan hutan atau gunung sekitar untuk dijadikan tempat tinggal baru.
Hendra menjelaskan, harus ada penyelesaian secara terintegrasi antarberbagai pihak berkaitan konflik macan tutul di Gunung Sawal. Salah satunya, menyediakan jalur khusus untuk macan tutul yang terdegradasi ke hutan atau gunung lainnya.
"Di luar negeri sudah menyediakan (jalur khusus) itu. Jadi mereka (macan) tidak masuk permukiman warga untuk melintas ketika terdegradasi dari habitatnya. Karena macan itu takut dengan manusia," ujar dia mengungkapkan.
"Solusi lainnya, lahan garapan itu dibuat sedemikian rupa agar tetap bisa menjadi habitat ikon Jawa Barat ini. Karena lambat laun reproduksi akan berlangsung," kata Hendra menambahkan.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini