Kegiatan tersebut berlangsung di area Pemakaman Kutiong, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Selasa (4/4/2017) siang. Ritual seperti ini rutin digelar.
"Tradisi ini merupakan kewajiban yang dilakukan pada awal April. Biasanya dilakukan perorangan, tapi sekarang setelah bermusyawarah kita gabung bersama," ujar Ketua Bagian Ritual Ceng Beng, Ramlan Pandapotan alias Afan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konon ritual doa ini bermaksud memanggil 'arwah' leluhur dan menggandakan sesaji yang disediakan secara gaib. Biasanya usai ritual, satu persatu makam akan ditancapkan dupa. Untuk yang sudah memeluk agama Nasrani, makam tidak akan diberi dupa, namun diganti bunga.
![]() |
Selain menjaga tradisi, warga Tionghoa ini berharap tradisi tersebut menjadi agenda rutin yang dikemas menarik untuk membetot perhatian masyarakat sebagai ikon wisata baru di Kota Cirebon.
"Ini yang datang bisa sampai ribuan. Bukan hanya warga Cirebon, tapi orang dari mana-mana juga banyak yang datang karena leluhurnya dimakamkan di sini. Jadi bisa sekaligus agenda wisata baru," tutur Afan.
Warga Tionghoa datang bergelombang untuk berkumpul bersama dan berdoa dengan dipimpin oleh pemuka agama secara hikmat. Di depan altar terdapat banyak makanan dan buah-buahan juga pelengkap sesaji seperti dupa dan uang kertas untuk 'arwah' leluhur. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini