Semenjak Jembatan Cijunti yang menghubungkan Desa Cijunti dengan Desa Bale Bandung Jaya, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, selesai dibangun, kedua wilayah tersebut kini berdenyut.
"Semenjak jembatan (Cijunti) selesai dibangun, sekarang ramai lalu lalang kendaraan. Dulu mah sepi, soalnya enggak ada akses," kata Yanti (32) kepada detikcom, Selasa (21/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jembatan yang dulunya diberi nama Mak Uwoh itu satu-satunya akses penghubung kedua wilayah tersebut. Jembatan legendaris itu berada sekitar 200 meter di samping Jembatan Cijunti yang baru saja selesai dibangun Januari 2017.
Jembatan Mak Uwoh biasanya digunakan untuk pejalan kaki, namun juga terkadang diakses oleh sepeda motor. Lebar jalannya hanya bisa dilalui dua orang secara bersamaan dan satu unit motor.
![]() |
"Dulunya mah semua orang lewat jembatan (Mak Uwoh), buat jalan orang atau motor. Sekarang mah udah ada jembatan (Cijunti) di sebelahnya, jadi jarang yang lewat jembatan (Mak Uwoh)," ungkap dia.
Dengan keberadaan Jembatan Cijunti, roda perekonomian masyarakat sekitar berputar. Masyarakat yang ingin bekerja atau bepergian menggunakan kendaraan besar tidak perlu lagi repot-repot memutar jalan lebih jauh.
Tidak hanya akses untuk orang, Jembatan Cijunti ini juga mempermudah akses pengiriman barang kebutuhan pokok menggunakan truk. Selain mempersingkat waktu juga ongkos pengiriman.
"Sekarang truk-truk barang banyak yang lewat sini, soalnya lebih dekat. Enggak harus muter dulu jauh," jelas Aja, pemilik warung di sekitar jembatan.
Jembatan Cijunti dibangun pada Agustus 2016 dan selesai pada Januari 2017. Jembatan selebar 12 dengan panjang 65 meter itu membentang di atas Sungai Cilamaya. Pemkab Purwakarta menggelontorkan anggaran Rp 11 miliar untuk pembangunannya.
![]() |