Di Aliran Sungai Kotor Ini Warga Majalaya Bandung Mencuci dan BAB

Di Aliran Sungai Kotor Ini Warga Majalaya Bandung Mencuci dan BAB

Wisma Putra - detikNews
Rabu, 15 Mar 2017 11:22 WIB
Foto: Wisma Putra
Bandung -

Hari mulai pagi, jarum jam menunjukkan Pukul 05.30 WIB, saat puluhan warga yang berada di perbatasan Kecamatan Paseh dan Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, ke luar rumah.

Dari kejauhan terlihat tiga wanita yang berjalan menuju Pintu Air Sungai Cikaro. Di tangan mereka menjingjing ember berisikan piring dan setumpuk pakaian kotor. Aktivitas tersebut berlangsung sekitar Pukul 05.00-09.00 WIB sebelum matahari meninggi. Jam tersebut merupakan waktu sibuk bagi mereka, ada yang mencuci piring, mencuci baju, mencuci motor, dan keluar masuk jamban untuk membuang air besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua kegiatan itu dilakukan di satu tempat yaitu aliran Anak Sungai Cikaro yang bermuara ke Sungai Citarum. Aliran yang sudah tidak laik digunakan karena airnya kotor dan dipenuhi sampah.

Di Aliran Sungai Kotor Ini Warga Majalaya Bandung Mencuci dan BABFoto: Wisma Putra


Aliran sungai tersebut digunakan oleh warga RW 12 Kampung Rancabali, Desa Sukamantri, Kecamatan Paseh dan RW 01 Kampung Rancabali, Desa Majakerta, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.


"Sudah sejak dulu warga mencuci baju dialiran sungai ini," kata salahsatu warga Nani (65).

"Hampir seluruh warga di dua RW yang tidak memiliki air (jamban), harus bergantung ke aliran Sungai Cikaro," tambahnya.

Senada denggan Nani, Kiki (31) yang merupakan warga RT 1 RW 12 Kampung Rancabali itu, terpaksa meilih aliran Sungai Cikaro karena tidak memiliki jamban sendiri. "Ada sumur, itu juga punya orang bukan punya sendiri, kalau melakukan semua kegiatan dari mulai mencuci, mandi dan mengambil air untuk keperluan memasak jadi tidak enak," ungkapnya.

Di Aliran Sungai Kotor Ini Warga Majalaya Bandung Mencuci dan BABFoto: Wisma Putra


Fasilitas umum MCK yang disediakan pemerintah untuk warga di kedua kampung tersebut tidak dapat menampung jumlah warga. Karena keterbatasan sarana warga terpaksa memanfaatkan aliran sungai.

"Ada MCK di setiap RT, namun tidak dapat menampung jika seluruh warga harus mencuci di sana. Biasanya air di MCK hanya digunakan untuk memasak dan mandi saja," tukas Nani.

Hal serupa terlihat di sepanjang pinggir aliran sungai di mana belasan ibu-ibu sedang mencuci pakaian, satu persatu bajunya digosok menggunakan sikat dan diberikan sabun. Setelah digosok baju-baju tersebut mereka bilas menggunakan air sungai.

Tidak jauh dari tempat mereka mencuci, terdapat sebuah tempat pembakaran sampah. Saat mencuci pun tak jarang sampah-sampah berjenis plastik, sterofoam, minuman kemasan dan lainnya ikut mengambang di depan para ibu yang sedang mencuci.

Warga lainnya, Wati (65) mengatakan, dia dan para warga terpaksa harus memilih mencuci pakaian dan piring dialiran sungai yang kotor tersebut. "Mau gimana lagi, kitakan tidak punya jamban ya terpaksa harus mencuci di sungai," katanya.

Nani, Kiki dan Wati harus pasrah menerima kondisi tersebut. Mereka menilai bahwa pemerintah desa pun tidak dapat berbuat apa-apa, apalagi pemkab. "Melihat kondisi kita seperti sekarang, pemerintah membiarkan saja," kata mereka.

Ketiga warga Ranca Bali tersebut berharap kepada pemkab untuk membersihkan sampah yang ada di aliran sungai tersebut. "Sebelum ada sampah, aliran Sungai Cikaro bersih tidak seperti sekarang," pungkas ketiganya.

(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads