"Untuk memadatkan track (rel) kami tambah batu-batu kecil di sana. Agar tingginya kembali normal sebelum amblas," kata Manager Humas PT KAI Daop II Bandung Joni Martinus di lokasi, Senin (13/3/2017).
Joni menuturkan akibat penurunan tanah sepanjang 20 meter itu, pengoperasian kereta tidak terganggu. Hanya saja, kata dia, pihaknya membatasi kecepatan kereta 20 kilometer perjam saat melewati jalur tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengakui jalur tersebut memang masuk dalam kategori rawan penurunan tanah. Pihaknya mencatat ada dua lokasi lainnya yakni di KM 99 dan KM 107 yang cukup rawan penurunan tanah di wilayah Daop II Bandung.
"Khusus jalur rawan kita siagakan posko, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi penanganannya bisa cepat dilakukan," jelas dia.
"Penurunan tanah ini memang faktor alam akibat hujan yang terus mengguyur belakangan ini. Ini hanya penurunan tanah saja, rel tidak sampai bergeser," menambahkan.
Joni mengatakan tengah berkoordinasi dengan Dirjen Perkeretaapian untuk mengkaji penanganan permanen kerusakan yang terjadi di jalur tersebut. Saat ini yang bisa dilakukan pihaknya hanya mengantisipasi rel bergeser akibat penurunan tanahh,
"Untuk penanganan permanen kami sedang koordinasi dan kami kami bersama Dirjen Perkeretapian," kata Joni.
Di hari yang penurunan tanah di rel kereta api itu tepatnya pekan lalu, Jalan di Kampung Cisuren, Desa Mekargalih Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta ambles sepanjang 150 meter. Jalan itu berada tepat di bawah jembatan kereta api Ciganea.
Foto: Mukhlis Dinillah |
Jalan itu rusak parah dan terlihat belahan-belahan retakannya. Lokasi jembatan berada lereng perbukitan. Di lokasi itu, juga terdapat paku bumi sepanjang 100 meter dengan tinggi 5 yang bergeser dan nyaris roboh.
"Ini terjadi sejak seminggu terakhir pas hujan terus-terusan. Jalan yang amblesnya lebih dari 150 meter, tepat di bawah jembatan rel kereta api," ujar Sukmana (42) petugas Linmas Desa Mekargalih, Senin (13/3/2017).
Amblesnya jalan juga memutuskan jalan penghubung Desa Mekargalih dengan Cibinong itu. "Amblesnya sekitar tiga meter. Sekarang jalan yang amblas kami pasangi jembatn bambu ikat supaya bisa dilalui roda dua," kata Harun, warga sekitar.
Setiap hujan, warga setempat was-was karena seringkali terjadi pergeseran tanah. Bahkan, suara-suara retakan pernah mereka dengar. "Setiap hujan paasti ada pergeseran tanah," tiba-tiba jalan aspal sudah retak," katanya. (ern/ern)












































Foto: Mukhlis Dinillah