"Beliau (Dewi Sartika) dan Kartini sama-sama perintis emansipasi wanita. Tetapi hanya Kartini yang diperingati secara nasional, sehingga Dewi Sartika kurang dikenal," kata cucu menantu Dewi Sartika Deddy Rukadi di SMP Dewi Sartika, Jalan Kautamaan Istri, Minggu (4/12/2016).
Menurutnya, dukungan pemerintah pusat agar hari lahir sang pahlawan nasional dirayakan oleh segenap bangsa Indonesia masih kurang. "Selama ini kami tidak menunggu pemerintah (pusat), tapi merayakan secara mandiri dengan bantuan Pemkot Bandung dan masyarakat Tatar Sunda," terang Deddy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bidang pendidikan yang akan kami tonjolkan untuk generasi penerus dari sosok Raden Dewi Sartika yaitu cageur, bageur, pinter, wanter (sehat, baik, pintar, berani)," sebut Deddy.
Kabid Kepemudaan Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) Kota Bandung Sony Teguh Prasetya menyebut Dewi Sartika dan Kartini sama-sama pejuang wanita. Untuk itu tidak ada salahnya hari lahir Dewi Sartika juga dirayakan secara nasional.
"Dua pahlawan nasional emansipasi wanita itu Ibu Kartini dan Dewi Sartika. Ini harus menjadi milik seluruh rakyat Indonesia. Harapannya perlu ada hari Dewi Sartika juga nantinya," ungkap Sony.
Sebelumnya sesepuh wanita Jabar yang juga Anggota DPR RI Popong Otje Djundjunan mengatakan bagi wanita generasi saat ini, bisa meneruskan perjuangan Dewi Sartika sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Yang terpenting, kata dia, jadilah wanita yang baik apapun posisinya.
Dewi Sartika lahir di Bandung pada 4 Desember 1884. Dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1966 karena jasa-jasanya memajukan pendidikan pada kaum wanita di Indonesia pada masanya.
Hari ini, mesin pencari google memajang doodle yang menggambarkan sosok Dewi Sartika bersama enam gadis kecil. Mereka semua memakai kebaya. Tampak Dewi Sartika sedang mengajar keenam murid perempuan mungil tersebut.
Baca juga: Google Peringati Ultah Pahlawan Nasional Dewi Sartika
(ern/ern)