Pimpinan Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat mengatakan, angklung telah disahkan oleh UNESCO sebagai intangible cultural heritage of humanity sejak 16 November 2010 lalu. Maka untuk memaknai hari istimewa tersebut, SAU setiap tahunnya menggelar rangkaian 'Angklung Pride'.
"SAU tahun ini memasuki usia ke-50 tahun. Memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap masa depan bangsa. Angklung pride 6 ini menjadi momentum bagi saung angklung Udjo untuk melangkah dalam merealisasikan tanggung jawab tersebut," ujar pria yang karib disapa Opik tersebut dalam jumpa pers yang digelar di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, Rabu (16/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini Insya Allah kami menggelar puncak acara di Desa Cijaringao. Di sebuah desa yang tidak jauh dari angklung Udjo, tapi ironisnya dalam demografi desa tersebut mayoritas lulusan SD dan TK. Jadi di sana ada sesuatu yang harus kita selamatkan, dalam artian dari sisi lingkungan," terang Opik.
Lokasi Desa Cijaringao berada sekitar 1,5 kilometer dari lokasi SAU. Opik menambahkan, mengapa 'Angklung Pride 6' digelar di desa tersebut salah satunya untuk misi menyelamatkan lingkungan.
"Ini salah satu upaya menyelamatkan hulu, dari pendidikan seni dan budaya," ucapnya.
Akan hadir dalam acara puncak Angklung Pride 6 tersebut yakni seniman sunda Doel Soembang dan Ega Robot.
"Doel Soembang ini juga sangat peduli sekali dengan Angklung. Beliau juga sangat prihatin," pungkasnya.
(avi/ern)