Hal itu disampaikannya pada saat memberikan kuliah umum dengan tema 'Peran Perguruan Tinggi Dalam Mewujudkan Revolusi Mental', di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganesa, Rabu (16/11/2016). Menurutnya segala perbedaan agama, suku dan kebudayaan tetap menjungjung satu nama Indonesia.
"Jadi seperti itu, kita semua sama, kita hanya pegang nama Indonesia untuk jadi bangsa yang besar dalam persatuan, saling menghargai ini gerakan revolusi mental," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, perguruan tinggi harus bisa melahirkan lulusan yang berkualitas. Penajaman melalui prodi- prodi akedemik yang dilakukan oleh pihak pengajar, kata dia, harus mulai dilakukan dan memiliki target yang jelas dari sebuah sistem materi pelajaran.
"Jadi harus ada targetnya apa outputnya seperti apa, hasilnya mau jadi apa yang akan diberikan kepada generasi muda setelah keluar dalam ruangan kuliah," tuturnya.
Mental sebagai wadah untuk mendongkrak kualitas SDM yang berkualitas. Indonesia memerlukan generasi muda yang memiliki mental kuat dalam berinovasi. Gerakan Revolusi mental sesuai dengan program Presiden RI Joko Widodo hingga terus ditanamkan kepada masyarakat. Mental saat ini masih bisa diubah untuk memajukan Indonesia.
"Selama kita bersyukur kita bisa menjadi masyarakat Indonesia yang seutuhnya. Misalnya kita diam di luar negeri, tapi rasa nasionalisme yang kuat dalam diri kita, itu sudah merupakan gerakan revolusi mental. Seperti apapun nyamannya hidup di luar negeri, tapi kita akan pulang lagi ke tanah air," kata dia.
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini