Ragam laporan warga yang masuk ke Dinsos berkaitan permasalahan tersebut. "Kami sering menerima laporan. Tidak secara detail mengungkapkan alasannya. Tapi dengan warga melaporkan, berarti warga tidak nyaman dan terganggu dengan keberadaan mereka," ujar Ketua Pelaksan Bidang Rehabilitasi Dinsos Kota Bandung Galuh Karsanah kepada detikcom, Kamis (11/8/2016).
Dinsos mengaku sudah sering mengamankan pengamen berandalan ini. Penertiban dilakukan bersama personel Polri dan TNI. Namun mereka selalu kembali ke jalanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Galuh, gerombolan pengamen berciri khas bertato, memakai anting besar dan pakaian kumal ini sering mangkal di perbatasan wilayah Kota Bandung-Kabupaten Bandung. Saat petugas menggelar razia, para pengamen berdandan punk itu kabur.
"Banyaknya di daerah Ujungberung, Cibiru, Soekarno Hatta, Cibaduyut. Mereka kalau terjaring razia lari ke perbatasan (daerah Kabupaten Bandung) yang bukan wilayah kami," ucapnya.
Galuh meminta kepada masyarakat jika menemukan pengamen punk segera melaporkan ke petugas keamanan setempat. "Bisa lapor ke Babinkamtibmas, Babinsa atau Trantib," kata Galuh.
Pengamen ini kerap beraksi di dalam angkot yang berpenumpang mayoritas perempuan. Pada Kamis (11/8/2016), sekitar pukul 08.30 WIB, detikcom menumpang angkot trayek Panghegar-Dipatiukur. Di tengah perjalanan, dua pengamen pria muda berdandan punk masuk ke dalam angkot lalu bernyanyi tak keruan sambil tepuk tangan.
Penumpang tak memberi uang. Namun pengamen tersebut tetap memaksa dengan terus-terusan menyodorkan tangan. Lantaran gagal mengumpulkan uang, mereka turun dari angkot sembari menggerutu kesal. Pengamen melontarkan kata-kata kasar seraya berucap, "pedit (pelit)." (bbn/bbn)











































