Mesin Cetak Alquran Braille Tertua di Dunia Masih Eksis di Bandung

Mesin Cetak Alquran Braille Tertua di Dunia Masih Eksis di Bandung

Mukhlis Dinillah - detikNews
Jumat, 24 Jun 2016 14:32 WIB
Mesin cetak ini berada di percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) Bandung. Foto: Mukhlis Dinillah
Bandung - Indonesia khususnya di Kota Bandung memiliki sebuah benda bersejarah yang masih eksis hingga kini. Konon benda berupa mesin pembuat Alquran braille atau untuk tunanetra ini merupakan satu-satunya yang masih berfungi dan tidak lagi ditemukan sejenisnya di belahan dunia manapun.

Alat berusia 64 tahun itu tetap beroperasi di percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) yang terletak di Jalan Pajajaran, Kota Bandung. YPWG merupakan satu-satunya percetakan yang membuat Alquran dengan mesin konvensional.

Pada Kamis 23 Juni 2016, detikcom berkesempatan melihat lebih dekat mesin tersebut pada Kamis (23/6/2016). Terlihat beberapa pria tengah sibuk mengepak tumpukan kertas. Sementara seorang pria begitu cekatan memasukan kertas ke dalam mesin pres untuk membuat titik-titik timbul huruf braille.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mesin tua yang disebut Braille Press ini dirakit salah satu perusahaan di Franklin, Amerika Serikat. Braille Press sengaja di pesan oleh lembaga sosial Hellen Keller Internasional (HKI), lalu pembelinya menyebarkan ke sejumlah penjuru benua.

"HKI hanya memesan enam unit dan disebar ke sejumlah benua. Benua Asia yang mendapatkan mesin ini hanya India dan Indoensia. Dan satu-satunya mesin yang masih berfungsi ada di tempat ini," kata Ketua Percetakan YPWG, Ayi Hidayat, saat berbincang bersama detikcom.
Kini produksinya pun meluas ke seluruh Indonesia. Foto: Mukhlis Dinillah
Braille Press kali pertama beroperasi di Indonesia pada 1952 atau sewaktu zaman kepemimpinan presiden pertama Indoenesia Soekarno. Selama bertahun-tahun Braille Press menempati kantor Badan Grafika di Jakarta untuk mencetak Alquran maupun buku-buku pelajaran bagi penyandang tunanetra.

Tepatnya pada 1962, pemerintah memindahkan Braille Press ke Kota Bandung. Mengingat Kota Bandung merupakan perintis Blind Institut yang didirikan oleh Belanda. Sejak itulah Braille Press memulai sepak terjangnya memproduksi Alquran dan buku-buku pelajaran di percetakan YPWG.

Awalnya Braille Press hanya memproduksi untuk kebutuhan intern Wyata Guna. Lantaran ada kebijakan baru, kini produksinya pun meluas ke seluruh Indonesia. Akan tetapi, karena pola kerja Braille Press yang terbatas membuat pengelola membatasi jenis percetakan.

"Karena membuat master plitnya (pencetak titik-titik timbul) susah, jadi diabatasi hanya untuk yang sifatnya permanen seperti Alquran," ucap Ayi. (bbn/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads