Alat berusia 64 tahun itu tetap beroperasi di percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) yang terletak di Jalan Pajajaran, Kota Bandung. YPWG merupakan satu-satunya percetakan yang membuat Alquran dengan mesin konvensional.
Pada Kamis 23 Juni 2016, detikcom berkesempatan melihat lebih dekat mesin tersebut pada Kamis (23/6/2016). Terlihat beberapa pria tengah sibuk mengepak tumpukan kertas. Sementara seorang pria begitu cekatan memasukan kertas ke dalam mesin pres untuk membuat titik-titik timbul huruf braille.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"HKI hanya memesan enam unit dan disebar ke sejumlah benua. Benua Asia yang mendapatkan mesin ini hanya India dan Indoensia. Dan satu-satunya mesin yang masih berfungsi ada di tempat ini," kata Ketua Percetakan YPWG, Ayi Hidayat, saat berbincang bersama detikcom.
![]() |
Tepatnya pada 1962, pemerintah memindahkan Braille Press ke Kota Bandung. Mengingat Kota Bandung merupakan perintis Blind Institut yang didirikan oleh Belanda. Sejak itulah Braille Press memulai sepak terjangnya memproduksi Alquran dan buku-buku pelajaran di percetakan YPWG.
Awalnya Braille Press hanya memproduksi untuk kebutuhan intern Wyata Guna. Lantaran ada kebijakan baru, kini produksinya pun meluas ke seluruh Indonesia. Akan tetapi, karena pola kerja Braille Press yang terbatas membuat pengelola membatasi jenis percetakan.
"Karena membuat master plitnya (pencetak titik-titik timbul) susah, jadi diabatasi hanya untuk yang sifatnya permanen seperti Alquran," ucap Ayi. (bbn/bbn)